Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia. Prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, karena pasar potensial yang dapat berdaya serap tinggi sudah ada. Diantara pasar potensial tersebut adalah Jerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, Amerika Serikat, Swedia dan sebagainya.
Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memiliki keunggulan, yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama. Bunga krisan terdiri atas sedikitnya 55 varietas, antara lain Pink Paso Dobel, Reagan, Salmon Impala, Klondike, Gold van Langen, Ellen van Langen, Yellow Puma dan Peach Fiji. Warnanya pun cukup beragam, yaitu merah tua, kuning, hijau, putih, campuran merah putih dan lainnya. Bunga elok itu kesegarannya dapat bertahan tidak layu di vas bunga hingga dua minggu sesudah dipetik.
“Jumlah varietas krisan memang banyak. Tapi, kami tidak menanam kesemuanya, kecuali hanya sekitar 11 jenis. Jenis-jenis itu kami pilih karena permintaan pasar lokal yang memang menyukainya. Dari kesebelas jenis itu, krisan berwarna kuning dan hijau yang paling banyak dicari. Persentasenya mencapai 90 persen, sementara sisanya memilih warna-warna lain,” ungkap Hantoko, pemilik kebun krisan asal Kecamatan Tutur Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur.
Alhasil, peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri agaknya tetap terbuka. Seiring permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat, maka peluang agribisnis tanaman ini sangat menarik dikembangkan sebagai lahan investasi.
Bila ingin mengembangkan budidaya bunga potong krisan, ada baiknya memahami betul tentang bunga ini, karena pemeliharaannya tergolong gampang-gampang susah. Menurut Hantoko, sebelum memutuskan membuka lahan untuk pembudidayaan krisan pada 2001 silam, ia lebih dulu mempelajari pola tanam hingga pemasaran ke berbagai daerah, bahkan hingga ke Bogor, Jawa Barat.
Ia sadar, membudidayakan krisan tidak segampang apel, agribisnis yang selama ini menjadi andalannya. Krisan, menurutnya, aslinya berasal dari luar negeri, tepatnya dari Belanda. Karena itu, tidak mudah membudidayakannya di sini, kecuali memenuhi persyaratan khusus, agar pengelolaannya tidak susah, dan bisa didapat hasil yang memuaskan.
Syarat-syarat tersebut diantaranya; bunga krisan sangat cocok ditanam pada lahan dengan ketinggian antara 700-1200 di atas permukaan laut (dpl). Namun, meski tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu, untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. Sedangkan untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 meter persegi, dan lampu dipasang setinggi 1,5 meter dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.
Selain itu, suhu udara harus diatur sedemikian rupa. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat selsius. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat selsius. Dan, tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95 persen. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80 persen, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. Sementara kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
Ketika musim panen tiba, juga dibutuhkan ketelitian dalam memanennya. Tanaman krisan mulai berbunga pada umur 10–14 minggu setelah tanam, tergantung pada varietas atau kultivar. Hantoko menyebut, tanaman krisan siap dipanen setelah berumur tiga bulan. Saat panen yang paling tepat untuk krisan standar adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Krisan tipe sprai dapat dipanen bila 75-80 persen dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai telah mekar penuh.
Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari saat temperatur udara tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum. Hal yang penting diperhatikan dalam penentuan waktu panen adalah keadaan bunga tidak basah atau berembun atau sebab lain. Bunga yang basah akan mudah terserang cendawan penyebab penyakit busuk.
Pemanenan bunga krisan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dipotong tangkainya atau dicabut seluruh tanamannya. Setelah itu, dipisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya. Lalu dibersihkan dari daun-daun kering atau terserang hama, dan daun-daun tua pada pangkal tangkai dibuang.
Kriteria utama bunga potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat atau bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu: kelas satu untuk konsumen di hotel dan florist besar. Untuk kelas ini, panjang tangkai bunga lebih dari 70 sentimeter, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 milimeter. Sedangkan kelas dua dan tiga untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal. Kelas ini panjang tangkai bunga kurang dari 70 sentimeter dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 milimeter.
Analisa Ekonomi
Perkiraan analisa budidaya tanaman krisan seluas 0,5 hektar, dengan jarak tanam 10x10 sentimeter, biaya dan keuntungan dapat diasumsikan perhitungannya secara sederhana seperti berikut.
1. Biaya produksi
* Sewa lahan 1 tahun = Rp 1.500.000,-
* Bibit : 150.000 batang @ Rp 250,- = Rp. 37.500.000,-
* Pupuk dan kapur
- Pupuk kandang, Urea, ZA, SP-36, KCI, KN03, Kapur Pertanian, Pestisida: 150.000 x Rp 600,- = Rp 90.000.000,-
* Biaya tenaga kerja
- Penyiapan lahan, pemupukan, penanaman, dan pemeliharaan: 5 HKP @ Rp 10.000,- x 30 = Rp 1.500.000,- + 5 HKW @ Rp 8.000,- x 30 = Rp 1.200.000,-
* Biaya lain-lain (pajak, iuran, alat) = Rp 500.000,-
Jumlah biaya produksi = Rp 132.200.000,-
2. Pendapatan 150.000 tanaman @ Rp 1.000,- = Rp 150.000.000,-
3. Keuntungan = Rp 17.800.000,-
Keterangan:
HKP : Hari Kerja Pria
HKW : Hari Kerja Wanita
Sumber :
http://dongengdalam.blogspot.com/2007/09/peluang-investasi-budidaya-bunga-krisan.html
Senin, 31 Desember 2012
Minggu, 30 Desember 2012
Teknik Pembenihan Ikan Black Ghost
Tahap pertama dalam pembenihan ikan black ghost adalah pemeliharaan induk yang meliputi persiapan wadah, penyediaan dan seleksi induk serta pemberian pakan.
Tahap kedua, pengelolaan air dimana setiap harinya dilakukan pergantian air sebanyak 20-30%.
Tahap ketiga, pencegahan dan penanganan penyakit yang berupa pemberian methylen blue untuk pencegahan dan pemberian methylen blue serta garam untuk pengobatan.
Tahap keempat adalah pemijahan induk dengan menggunakan bak/akuarium, peletakan substrat. Dalam pemijahan induk perbandingannya 2 ekor betina dan 3 ekor jantan yang dilakukan pada malam hari. Pagi harinya dilakukan proses pengecekkan telur. Telur-telur yang tidak menempel pada substrat disedot dengan selang.
Tahap kelima, penetasan telur yang meliputi proses persiapan wadah, inkubasi dan penetasan telur serta pemanenan telur.
Tahap keenam adalah pemeliharaan larva, yang meliputi proses persiapan wadah, penebaran larva, pemberian pakan, pengelolaan air, serta pencegahan dan penanganan penyakit.
Tahap akhirnya adalah pemanenan dan pengepakan. Pemanenan dilakukan setelah benih mencapai ukuran 1-2 inci. Wadah yang digunakan untuk pengepakan adalah plastik volume 15 liter dengan perbandingan air dan udara 1:2. Setiap wadah pengepakan dimasukkan ikan sebanyak 250 ekor.
Pemeliharaan Induk
1) Persiapan wadah pemeliharaan
* Pemeliharaan induk dapat dilakukan pada bak berukuran 150 x 150 x 50 cm dan dilengkapi dengan aerasi serta diberi dua buah genteng sebagai tempat persembunyian bagi induk pada siang hari
* Bak diisi air sampai ketinggian 35 cm.
* Selain bak, induk ikan black ghost juga dapat dipelihara di dalam akuarium berukuran 100 x 50 x 30 cm, dan diisi air dengan ketinggian 25 cm.
2) Penyediaan dan seleksi induk
* Induk yang akan dipijahkan adalah yang berbadan sehat dan tidak cacat serta tidak terdapat organisme penyakit pada tubuhnya.
* lnduk black ghost dapat matang telur setelah berumur satu tahun dengan panjang sekitar 15 cm.
* Perbedaan antara ikan jantan dan betina yang sudah matang gonad dapat dibedakan terutama dari panjang dagunya (jarak antara ujung mulut dengan tutup insang).
* Pada ikan jantan dagunya relatif lebih panjang dibandingkan dengan ikan betina. Ikan jantan relatif lebih Iangsing dibandingkan ikan betina yang mempunyai bentuk perut yang gendut. Induk jantan dapat mencapai panjang 30 cm dan induk betina berkisar antara 15 - 23 cm.
Pemberian pakan
* Pakan yang dapat diberikan untuk induk black ghost yaitu cacing darah (bloodworm) atau cuk merah (larva Chironomus), dan jentik nyamuk.
* Cacing darah diberikan setiap pagi hari setelah penyiponan kotoran, yaitu pada pukul 09.00 WIB, dan sore hari pukul 16.00 WIB.
* Cuk merah dan jentik nyamuk juga dapat diberikan pada sore hari. Pemberian pakan dilakukan dengan cara menyebarkan pakan langsung pada dasar bak pemeliharaan secara merata. Jumlah pakan yang dipelihara disesuaikan dengan jumlah induk yang dipelihara.
Pengelolaan Air
Pergantian air dilakukan sebanyak 20-30% setiap harinya, serta pemberian aerasi sebagai suplai oksigen.
Pencegahan dan Penanganan Penyakit
* Penyakit yang umum ditemui dalam pemeliharaan black ghost ialah white spot yang disebabkan oleh protozoa Ichtyopthirius multfihiis.
* Untuk pencegahan, setiap seminggu sekali diberimethylen blue dengan dosis 0,2 ppm dan 50 gram garam.
* Sedangkan untuk pengobatan, diberi methylen bluedan garam dengan dosis dua kali lipat yaitu 0,4 ppmmethylen blue dan 100 gram garam, serta ketinggian air diturunkan hingga setengah dan ketinggian bak/akuarium.
Pemijahan Induk
* Wadah pemijahan induk black ghost yaitu berupa bak/akuarium yang sekaligus juga digunakan sebagai wadah pemeliharaan induk.
* Perlengkapan yang dibutuhkan ialah substrat atau tempat menempelnya telur yaitu akar pakis yang diapit oleh keramik, sehingga susunannya (dari bawah ke atas) satu keramik, tepat sejajar diatasnya diletakkan akar pakis dan satu keramik diatas pakis.
* Peletakkan substrat tersebut biasanya dilakukan pada sore hari.
* Pemijahan induk black ghost dilakukan dengan perbandingan 2 ekor betina dan 3 ekor jantan dimana dalam satu bak pemijahan terdapat 10 ekor induk.
* Proses pemijahan biasanya berlangsung pada malam hari ditandai dengan kejar-mengejar antara induk jantan dan betina, setelah itu lama-kelamaan mendekati substrat yang berupa akar pakis dan terjadi pemijahan.
* Pada pagi hari dilakukan pengecekan telur. Jika pada malam hari terjadi pemijahan, substrat akan dipenuhi dengan butiran-butiran telur black ghost yang menempel pada akar pakis.
* Telur-teIur yang tidak menempel pada substrat disedot dengan selang berdiameter 0,5 cm, kemudian ditampung dalam baskom dan segera dipindahkan ke dalam akuarium penetasan.
Penetasan Telur
1) Persiapan wadah
* Wadah penetasan telur berupa akuarium berukuran 80 x 45 x 25 cm dengan tinggi air 20 cm, dilengkapi dengan aerasi.
* Air yang digunakan untuk penetasan sebaiknya air yang sudah diendapkan sehari semalam, setelah itu diberi methylen blue dengan dosis 0,3 ppm dan tetrasiklin 0,2 ppm.
2) Inkubasi dan penetasan telur
* Telur-telur yang terbuahi akan terlihat berwarna kuning bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna putih.
* Penebaran telur dilakukan dengan cara meletakkan akar pakis dan keramik pada akuarium penetasan dengan syarat akar pakis dan keramik terendam air seluruhnya.
* Telur ikan black ghost akan menetas setelah 3 - 4 hari.
* Telur yang tidak menetas dan berwarna putih dibuang dengan cara disedot dengan selang berdiameter 0,5 cm dan harus dilakukan dengan hati-hati agar larva black ghost yang telah menetas tidak ikut terbawa.
3) Pemanenan telur
* Telur-telur yang telah menetas dan menjadi larva tidak langsung dipindahkan ke akuarium lain tetapi dibiarkan terlebih dahulu selama satu minggu sampai larva black ghost agak berwarna hitam dan cukup kuat untuk dipindahkan.
* Sebelum larva dipindahkan, akar pakis dan keramik dikeluarkan dari akuarium penetasan, dan diusahakan tidak ada yang bersembunyi di dalam pakis.
* Pemanenan dilakukan dengan menggunakan selang sipon agak besar kemudian larva disedot dan ditampung ke dalam baskom, setelah itu baru dipindahkan ke akuarium lain.
Pemeliharaan Larva
1) Persiapan wadah* Pemeliharaan larva black ghost dilakukan di bak semen atau akuarium. Pemeliharaan di bak semen, dilakukan pada bak yang berukuran 150 x 150 x 40 cm, dengan ketinggian air 35 cm.
* Sedangkan untuk pemeliharaan di akuarium, dilakukan pada akuarium yang berukuran 100 x 50 x 40 cm.
* Sebelum digunakan, bak/akuarium dibersihkan terlebih dulu dan dilengkapi dengan aerasi dan diberi pelindung berupa paralon atau roster bata. Air yang digunakan ialah air yang telah didiamkan sehari semalam.
2) Penebaran larva
* Larva yang ditebar ialah larva yang berumur 7 hari setelah menetas.
* Setiap bak ditebar 100 ekor larva, sedangkan untuk akuarium ditebar sebanyak 500 ekor.
* Kriteria larva yang telah siap untuk dipindahkan yaitu larva yang sudah benar-benar kuat dan berwarna agak hitam larva yang masih transparan tidak boleh dipindahkan.
3) Pemberian pakan
* Larva yang baru menetas belum diberi pakan karena masih mengandung kuning telur.
* Setelah kuning telur habis yaitu 3 - 4 hari, maka pada hari ke-5 larva diberi pakan Aflemia hingga berumur 15 hari yang diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
* Kemudian dilanjutkan dengan pemberian kutu air sampai larva berumur 20 hari yang diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, kemudian mulai dikombinasikan dengan cacing sutera sampai umur satu bulan.
* Pada umur satu bulan tersebut, rata-rata larva sudah mencapai panjang 3/4 inci. Kemudian didederkan lagi sampai mencapai panjang 1 — 2 inci selama 1 — 2 bulan. * Dalam tahap pendederan pakan yang diberikan adalah cacing
4) Pengelolaan air
* Penyiponan kotoran pada bak/akuarium pemeliharaan larva dilakukan setiap 3 hari sekali untuk membuang sisa-sisa pakan yang tidak termakan oleh larva.
* Bersamaan dengan penyiponan kotoran dilakukan juga penggantian air sebanyak 10-20%.
5) Pencegahan dan penanganan penyakit* Penyakit yang biasanya menyerang larva black ghost ialah white spot (bintik putih) dan bakteri.
* Pencegahan dan pengobatan larva yang terserang white spot sama dengan yang dilakukan untuk induk seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada pemeliharaan induk.
* Sedangkan untuk serangan bakteri dapat diobati dengan tetracycline 5 - 7 ppm.
Pemanenan dan Pengepakan
* Pemanenan dilakukan setelah benih ikan memenuhi standar ukuran layak jual yaitu panjang 1 - 2 inci.
* Panen dilakukan dengan cara menyerok ikan dengan serok yang halus agar tidak merusak sisik ikan.
* Kemudian dimasukkan dalam baskom yang sudah berisi air untuk kemudian disortir atau dikelompokkan berdasarkan ukurannya.
* Wadah yang digunakan untuk pengepakan adalah plastik dengan volume 15 liter.
* Plastik dibuat rangkap dua agar tidak mudah pecah/bocor.
* Plastik tersebut diisi air yang telah didiamkan sehari semalam sebanyak 5 liter dan sisanya diisi oksigen murni, perbandingan antara air dan udara adalah 1:2.
* Dalam setiap wadah pengepakan dimasukkan sebanyak 250 ekor ikan yang berukuran 2 inci, sedangkan untuk ikan yang berukuran 3 inci dimasukkan sebanyak 200 ekor.
Sumber:
http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/?m=3&dd=1008
Tahap kedua, pengelolaan air dimana setiap harinya dilakukan pergantian air sebanyak 20-30%.
Tahap ketiga, pencegahan dan penanganan penyakit yang berupa pemberian methylen blue untuk pencegahan dan pemberian methylen blue serta garam untuk pengobatan.
Tahap keempat adalah pemijahan induk dengan menggunakan bak/akuarium, peletakan substrat. Dalam pemijahan induk perbandingannya 2 ekor betina dan 3 ekor jantan yang dilakukan pada malam hari. Pagi harinya dilakukan proses pengecekkan telur. Telur-telur yang tidak menempel pada substrat disedot dengan selang.
Tahap kelima, penetasan telur yang meliputi proses persiapan wadah, inkubasi dan penetasan telur serta pemanenan telur.
Tahap keenam adalah pemeliharaan larva, yang meliputi proses persiapan wadah, penebaran larva, pemberian pakan, pengelolaan air, serta pencegahan dan penanganan penyakit.
Tahap akhirnya adalah pemanenan dan pengepakan. Pemanenan dilakukan setelah benih mencapai ukuran 1-2 inci. Wadah yang digunakan untuk pengepakan adalah plastik volume 15 liter dengan perbandingan air dan udara 1:2. Setiap wadah pengepakan dimasukkan ikan sebanyak 250 ekor.
Pemeliharaan Induk
1) Persiapan wadah pemeliharaan
* Pemeliharaan induk dapat dilakukan pada bak berukuran 150 x 150 x 50 cm dan dilengkapi dengan aerasi serta diberi dua buah genteng sebagai tempat persembunyian bagi induk pada siang hari
* Bak diisi air sampai ketinggian 35 cm.
* Selain bak, induk ikan black ghost juga dapat dipelihara di dalam akuarium berukuran 100 x 50 x 30 cm, dan diisi air dengan ketinggian 25 cm.
2) Penyediaan dan seleksi induk
* Induk yang akan dipijahkan adalah yang berbadan sehat dan tidak cacat serta tidak terdapat organisme penyakit pada tubuhnya.
* lnduk black ghost dapat matang telur setelah berumur satu tahun dengan panjang sekitar 15 cm.
* Perbedaan antara ikan jantan dan betina yang sudah matang gonad dapat dibedakan terutama dari panjang dagunya (jarak antara ujung mulut dengan tutup insang).
* Pada ikan jantan dagunya relatif lebih panjang dibandingkan dengan ikan betina. Ikan jantan relatif lebih Iangsing dibandingkan ikan betina yang mempunyai bentuk perut yang gendut. Induk jantan dapat mencapai panjang 30 cm dan induk betina berkisar antara 15 - 23 cm.
Pemberian pakan
* Pakan yang dapat diberikan untuk induk black ghost yaitu cacing darah (bloodworm) atau cuk merah (larva Chironomus), dan jentik nyamuk.
* Cacing darah diberikan setiap pagi hari setelah penyiponan kotoran, yaitu pada pukul 09.00 WIB, dan sore hari pukul 16.00 WIB.
* Cuk merah dan jentik nyamuk juga dapat diberikan pada sore hari. Pemberian pakan dilakukan dengan cara menyebarkan pakan langsung pada dasar bak pemeliharaan secara merata. Jumlah pakan yang dipelihara disesuaikan dengan jumlah induk yang dipelihara.
Pengelolaan Air
Pergantian air dilakukan sebanyak 20-30% setiap harinya, serta pemberian aerasi sebagai suplai oksigen.
Pencegahan dan Penanganan Penyakit
* Penyakit yang umum ditemui dalam pemeliharaan black ghost ialah white spot yang disebabkan oleh protozoa Ichtyopthirius multfihiis.
* Untuk pencegahan, setiap seminggu sekali diberimethylen blue dengan dosis 0,2 ppm dan 50 gram garam.
* Sedangkan untuk pengobatan, diberi methylen bluedan garam dengan dosis dua kali lipat yaitu 0,4 ppmmethylen blue dan 100 gram garam, serta ketinggian air diturunkan hingga setengah dan ketinggian bak/akuarium.
Pemijahan Induk
* Wadah pemijahan induk black ghost yaitu berupa bak/akuarium yang sekaligus juga digunakan sebagai wadah pemeliharaan induk.
* Perlengkapan yang dibutuhkan ialah substrat atau tempat menempelnya telur yaitu akar pakis yang diapit oleh keramik, sehingga susunannya (dari bawah ke atas) satu keramik, tepat sejajar diatasnya diletakkan akar pakis dan satu keramik diatas pakis.
* Peletakkan substrat tersebut biasanya dilakukan pada sore hari.
* Pemijahan induk black ghost dilakukan dengan perbandingan 2 ekor betina dan 3 ekor jantan dimana dalam satu bak pemijahan terdapat 10 ekor induk.
* Proses pemijahan biasanya berlangsung pada malam hari ditandai dengan kejar-mengejar antara induk jantan dan betina, setelah itu lama-kelamaan mendekati substrat yang berupa akar pakis dan terjadi pemijahan.
* Pada pagi hari dilakukan pengecekan telur. Jika pada malam hari terjadi pemijahan, substrat akan dipenuhi dengan butiran-butiran telur black ghost yang menempel pada akar pakis.
* Telur-teIur yang tidak menempel pada substrat disedot dengan selang berdiameter 0,5 cm, kemudian ditampung dalam baskom dan segera dipindahkan ke dalam akuarium penetasan.
Penetasan Telur
1) Persiapan wadah
* Wadah penetasan telur berupa akuarium berukuran 80 x 45 x 25 cm dengan tinggi air 20 cm, dilengkapi dengan aerasi.
* Air yang digunakan untuk penetasan sebaiknya air yang sudah diendapkan sehari semalam, setelah itu diberi methylen blue dengan dosis 0,3 ppm dan tetrasiklin 0,2 ppm.
2) Inkubasi dan penetasan telur
* Telur-telur yang terbuahi akan terlihat berwarna kuning bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna putih.
* Penebaran telur dilakukan dengan cara meletakkan akar pakis dan keramik pada akuarium penetasan dengan syarat akar pakis dan keramik terendam air seluruhnya.
* Telur ikan black ghost akan menetas setelah 3 - 4 hari.
* Telur yang tidak menetas dan berwarna putih dibuang dengan cara disedot dengan selang berdiameter 0,5 cm dan harus dilakukan dengan hati-hati agar larva black ghost yang telah menetas tidak ikut terbawa.
3) Pemanenan telur
* Telur-telur yang telah menetas dan menjadi larva tidak langsung dipindahkan ke akuarium lain tetapi dibiarkan terlebih dahulu selama satu minggu sampai larva black ghost agak berwarna hitam dan cukup kuat untuk dipindahkan.
* Sebelum larva dipindahkan, akar pakis dan keramik dikeluarkan dari akuarium penetasan, dan diusahakan tidak ada yang bersembunyi di dalam pakis.
* Pemanenan dilakukan dengan menggunakan selang sipon agak besar kemudian larva disedot dan ditampung ke dalam baskom, setelah itu baru dipindahkan ke akuarium lain.
Pemeliharaan Larva
1) Persiapan wadah* Pemeliharaan larva black ghost dilakukan di bak semen atau akuarium. Pemeliharaan di bak semen, dilakukan pada bak yang berukuran 150 x 150 x 40 cm, dengan ketinggian air 35 cm.
* Sedangkan untuk pemeliharaan di akuarium, dilakukan pada akuarium yang berukuran 100 x 50 x 40 cm.
* Sebelum digunakan, bak/akuarium dibersihkan terlebih dulu dan dilengkapi dengan aerasi dan diberi pelindung berupa paralon atau roster bata. Air yang digunakan ialah air yang telah didiamkan sehari semalam.
2) Penebaran larva
* Larva yang ditebar ialah larva yang berumur 7 hari setelah menetas.
* Setiap bak ditebar 100 ekor larva, sedangkan untuk akuarium ditebar sebanyak 500 ekor.
* Kriteria larva yang telah siap untuk dipindahkan yaitu larva yang sudah benar-benar kuat dan berwarna agak hitam larva yang masih transparan tidak boleh dipindahkan.
3) Pemberian pakan
* Larva yang baru menetas belum diberi pakan karena masih mengandung kuning telur.
* Setelah kuning telur habis yaitu 3 - 4 hari, maka pada hari ke-5 larva diberi pakan Aflemia hingga berumur 15 hari yang diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
* Kemudian dilanjutkan dengan pemberian kutu air sampai larva berumur 20 hari yang diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, kemudian mulai dikombinasikan dengan cacing sutera sampai umur satu bulan.
* Pada umur satu bulan tersebut, rata-rata larva sudah mencapai panjang 3/4 inci. Kemudian didederkan lagi sampai mencapai panjang 1 — 2 inci selama 1 — 2 bulan. * Dalam tahap pendederan pakan yang diberikan adalah cacing
4) Pengelolaan air
* Penyiponan kotoran pada bak/akuarium pemeliharaan larva dilakukan setiap 3 hari sekali untuk membuang sisa-sisa pakan yang tidak termakan oleh larva.
* Bersamaan dengan penyiponan kotoran dilakukan juga penggantian air sebanyak 10-20%.
5) Pencegahan dan penanganan penyakit* Penyakit yang biasanya menyerang larva black ghost ialah white spot (bintik putih) dan bakteri.
* Pencegahan dan pengobatan larva yang terserang white spot sama dengan yang dilakukan untuk induk seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada pemeliharaan induk.
* Sedangkan untuk serangan bakteri dapat diobati dengan tetracycline 5 - 7 ppm.
Pemanenan dan Pengepakan
* Pemanenan dilakukan setelah benih ikan memenuhi standar ukuran layak jual yaitu panjang 1 - 2 inci.
* Panen dilakukan dengan cara menyerok ikan dengan serok yang halus agar tidak merusak sisik ikan.
* Kemudian dimasukkan dalam baskom yang sudah berisi air untuk kemudian disortir atau dikelompokkan berdasarkan ukurannya.
* Wadah yang digunakan untuk pengepakan adalah plastik dengan volume 15 liter.
* Plastik dibuat rangkap dua agar tidak mudah pecah/bocor.
* Plastik tersebut diisi air yang telah didiamkan sehari semalam sebanyak 5 liter dan sisanya diisi oksigen murni, perbandingan antara air dan udara adalah 1:2.
* Dalam setiap wadah pengepakan dimasukkan sebanyak 250 ekor ikan yang berukuran 2 inci, sedangkan untuk ikan yang berukuran 3 inci dimasukkan sebanyak 200 ekor.
Sumber:
http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/?m=3&dd=1008
Sabtu, 29 Desember 2012
Teknik Penanaman Bunga Krisan
Krisan (Chrysanthemums p), biasa dikenal dengan sebutan bunga aster atau seruni, merupakan tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan secara komersial. Prospek pasar bunga krisan sangat cerah, dimana permintaan bunga krisan di Indonesia setiap tahun cenderung meningkat. Dengan pengembangan tanaman krisan, diharapkan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang Lebih baik.
Tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Pemilihan bibit dan varietas.
* Bibit yang berkualitas yaitu bibit dengan kemurnian genetik tinggi, sehat (bebas patogen terutama penyakit sistemik), tidak mengalami gangguan fisiologis, mempunyai daya tumbuh kuat dan memiliki nilai komersial di pasaran.
* Pilihlah bibit dan varietas yang baik, yaitu varietas yang tidak menunjuklian gejala degeneratif, produktif dan adaptif di daerah tropik. Selain itu perlu diperhatikan pula ketahanannya terhadap patogen.
b. Penyiapan Media Tumbuh
Media tumbuh perakaran stek.
1. Agar pertumbuhan akar stek tidak terhambat, pilihlah media untuk perakaran stek yang mempunyai sifat menahan air yang tinggi, antara lain : arang sekam, sekam, atau pasir.
2. Sterilkan dengan uap panas 800c selama 4 jam dan kering anginkan selama 2 hari.
3. Letakkan media tersebut pada bak-bak pengakaran yang lebarnya 80 cm dan ratakan.
4. Kemudian basahilah dengan air atau gunakan larutan pestisida dosis rendah untuk mencegah serangan penyakit pada stek selama proses pengakaran.
5. Ambil pucuk tunas aksiler dari tanaman induk yang sehat dan tumbuh optimal serta mempunyai 5 - 7 daun sempurna. Agar kualitas stek yang dihasilkan terjaga, pengambilan stek sebaiknya dari tanaman induk untuk produksi stek bukan tanaman produksi bunga.
6. Potonglah tunas tersebut dengan menggunakan pisau yang steril. Sisakan 2 - 3 daun pada batang tanaman induk. Kemudian letakkan pada wadah, semprot dengan larutan fungisida dan bakterisida. - Celupkan pangkal tangkai stek pucuk tersebut pada zat pengatur tumbuh, tancapkan pada media pengakaran stek.
7. Setelah +14 hari, cabutlah stek pucuk tersebut secara perlahan-lahan supaya akar tidak rusak dan stek pucuk siap ditanam dirumah lindung.
Media pertumbuhan pada bedengan
1. Buatlah bedengan dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga gembur.
2. Kering-anginkan selama 7 hari. Biarkan kering, jangan diberi air atau terbasahi, untuk mencegah berkembangnya gulma dan hama penyakit. Setelah 7 hari dikering-nginkan, gemburkan tanah untuk yang kedua kalinya, sambil membersihkan sisa gulma yang masih tumbuh.
3. Bentuk bedengan setinggi 25 - 30 cm dan lebar satu meter dengan jarak antara bedengan 35 cm, panjang disesuaikan densankondisi lahan.
4. Taburkan pupuk kandang yang sudah matang dengan dosis 3 ton/tra. Bersamaan dengan itu, berikan pupuk dasar yang terdiri dari campuran Urea 200 kg/ha + KCl 350 kg/ha + SP-36 300 kg/ha, aduk merata.
5. Sterilisasi bedengan dengan menggunakan Basamid sesuai dosis anjuran dan tutup dengan penutup kedap udara selama 18 - 21 hari. Setelah l8 - 21 hari, penutup bedengan dibuka dan diolah ringan untuk menghilangkan efek Basamid yang ada pada bedengan. Pada tanah-tanah yang memiliki tingkat kemasaman tinggi hingga dibawah pH 5,5 perlu ditambahkan kapur pertanian untuk memperbaiki pH tanah. Sumber kapur dapat berupa dolomite (kapur tohore). Dosis pemberian kapur disesuaikan dengan kemasaman tanah. Pemberian kapur dilakukan dengan menamburkan kapur pada permukaan media bedengan dan diaduk ringan.
6. Selanjutnya, 1 hingga 2 hari sebelum tanam, bedengan diberi air hingga kapasitas lapang dan dipasang jaring penegak tanaman yang sesuai dan dibuat lobang tanam sesuai jarak tanam.
Penanaman
1. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari dimana temperatur udara tidak terlalu panas dan sinar matahari belum/tidak lagi terik.
2. Buatlah lubang tanam pada bedengan: Untuk produksi bunga jarak lubang tanam 12,5 x 12,5 cm (kerapatan tanam 64 tanaman/m2). Sedangkan untuk produksi stek, jarak lubang tanam2} x20 cm (kerapatan tanaman 25 tanaman/m2).
3. Untuk mencegah serangan organisme pengganggu tanaman pada awal pertumbuhan berilah Furadan 3G sebanyak 6 - l0 butir/lubang.
4. Sehari sebelum penanaman, siramlah bedengan dengan air yang cukup sampai lapisan olah (daerah perakaran).
5. Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug akar bibit dengan tanah tipis, tanam pada lubang yang telah disiapkan sedalam 1 - 2 cm, padatkan tanah di dekat pangkal batang bibit.
6. Setelah penanaman selesai, siramlah dengan air dan lakukan penyiraman dua hari sekali atau melihat kondisi lingkungan pertanaman.
Sumber :
http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=214:tek.
Jumat, 28 Desember 2012
Pembenihan Ikan Hias Black Ghost
PENDAHULUAN
Ikan Black Ghost (Afteronotus albifrons, Linneaus) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai peluang bisnis yang potensial. Ikan jenis ini belum banyak dikenal oleh masyarakat tetapi saat ini beberapa pengusaha ikan hias memproduksi benih sebagai komoditas lokal maupun ekspor.
"Black Ghost" berasal dari sungai Amazon, Amerika Selatan merupakan ikan pendamai, yang ukurannya dapat mencapai 50 cm, tubuhnya memanjang dan pipih dengan warna tubuh hitam. Ikan ini digolongkan kedalam ikan pisau (Knifefishes), karena secara keseluruhan bentuk tubuhnya menyerupai pisau melebar dari bagian kepala dan badan kemudian melancip di bagian perut.
Persyaratan kualitas air media yang dikehendaki ikan Black Ghost yaitu 'Soft' (lunak) dan cenderung asam, walaupun demikian 'Black Ghost' relatif dapat hidup pada kondisi air yang bervariasi. Black Ghost juga memilih makanan jenis tertentu, dapat memakan pakan kering, beku maupun makanan hidup, walaupun demikian lebih suka jika diberi pakan cacing rambut.
KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan bahan yang diperlukan untuk memproduksi ikan "Black Ghost" adalah :
1. Wadah pemeliharaan & perlengkapan
~ Akuarium ukuran ( 40 x 40 x 80 ) cm sebagai tempat pemeliharaan induk dan sekaligus tempat pemijahan dilengkapi dengan tempat penempelan telur berupa baki plastik yang diisi dengan batu, atau batang pohon pakis.
~ Akuarium ukuran ( 60 x 40 x 40 ) cm sebagai tempat penetasan telur.
~ Instalasi aerasi berupa blower, selang aerasi dan batu aerasi.
~ Peralatan lain seperti selang untuk mengganti air, soope net dan alat-alat pembersih akuarium (sikat,dll)
2. Pakan
~ 'Blood worm' yang digunakan sebagai pakan induk.
~ Cacing rambut yang digunakan sebagai pakan ikan mulai umur + 2 minggu sampai dewasa.
~ Artemia, yang digunakan untuk pakan larva.
KEGIATAN OPERASIONAL
1. Pembenihan
Kegiatan pembenihan meliputi pemeliharaan induk dan calon induk, pemijahan serta perawatan larva.
1.1. Pemeliharaan Induk
Perbedaan jantan dan betina ikan dewasa terutama dapat dilihat dari panjang dagunya (jarak antara ujung mulut dengan tutup insang). Pada ikan jantan, dagunya relatif lebih panjang dibandingkan dengan ikan betina. Ikan jantan relatif lebih langsing dibandingkan dengan ikan betina yang mempunyai bentuk perut yang gendut. Pada induk jantan dewasa, terdapat cairan putih (sperma) apabila diurut bagian perutnya. Induk Black Ghost dapat matang telur setelah berumur sekitar satu tahun dengan panjang + 15 cm.
Induk betina dan jantan dipelihara dalam satu wadah berupa akuarium berukuran ( 80 x 40 x 50 ) cm, yang dilengkapi dengan instalasi aerasi dengan pakan berupa 'Blood Warm' yang diberikan dengan frekuensi 3 kali/hari secara (ad libitum). Pergantian air harus dilakukan setiap hari untuk membuang kotoran-kotoran yang terdapat di dasar akuarium dan menjaga kualitas media pemeliharaan.
1.2. Pemijahan
Pemijahan dilakukan secara masal di dalam akuarium yang sekaligus sebagai tempat pemeliharaan induk. Perbandingan induk betina dan jantan adalah 2 : 1. Pada wadah pemijahan tersebut, ditempatkan baki plastik berukuran (30x20x7)cm yang diisi dengan batu sebagai tempat penempelan telur dan pada bagian tengah baki ditutup dengan baki berlubang (20x15x10) cm untuk melindungi telur dari pemangsaan induknya sendiri. Untuk akuarium ukuran (80 x 60 x 50) cm dapat dipelihara 10 ekor induk betina dan paling sedikit 5 ekor jantan.
Lingkungan tempat pemeliharaan dan pemijahan ikan Black Ghost biasanya dibuat relatif gelap, dan ikan ini memijah pada malam hari. Menjelang terbit matahari, tempat penempelan telur berupa baki harus segera diambil dan dipindahkan ke tempat penetasan, untuk menghindari pemangsaan telur tersebut oleh induknya. Telur yang dipanen dari baki pemijahan + 200 butir/hari.
1.3. Penetasan telur dan perawatan larvaPenetasan telur dilakukan di akuarium, dan akan menetas pada hari ketiga. Makanan berupa naupli artemia mulai diberikan pada hari ke-10 setelah penetasan dan selanjutnya diberi cacing rambut secara ad libitum.
1.4. Pendederan dan Pembesaran
Kegiatan pendederan dilakukan setelah larva dapat memakan cacing rambut, yaitu + berumur 2 minggu, sampai ikan mencapai ukuran + 1 inchi dengan lama pemeliharaan 1 - 15 bulan sedangkan kegiatan pembesaran ikan Black Ghost dilakukan untuk mencapai ukuran komersial, yaitu 2-3 inchi. Wadah yang digunakan dapat berupa akuarium atau bak dengan padat tebar 2 - 5 ekor / l. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah cacing rambut secara ad libitum. Ikan Black Ghost dengan ukuran 2 inchi dapat dicapai dalam waktu dua bulan. Sedangkan ukuran 3 inchi dapat dicapai dengan menambah waktu pemeliharaan selama tiga minggu. Penyiphonan untuk membuang kotoran harus dilakukan setiap hari agar kualitas media tetap terjaga.
Sumber :
http://kamaluddinfishery.blogspot.com/2012/09/pembenihan-ikan-hias-black-ghost.html
Ikan Black Ghost (Afteronotus albifrons, Linneaus) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai peluang bisnis yang potensial. Ikan jenis ini belum banyak dikenal oleh masyarakat tetapi saat ini beberapa pengusaha ikan hias memproduksi benih sebagai komoditas lokal maupun ekspor.
"Black Ghost" berasal dari sungai Amazon, Amerika Selatan merupakan ikan pendamai, yang ukurannya dapat mencapai 50 cm, tubuhnya memanjang dan pipih dengan warna tubuh hitam. Ikan ini digolongkan kedalam ikan pisau (Knifefishes), karena secara keseluruhan bentuk tubuhnya menyerupai pisau melebar dari bagian kepala dan badan kemudian melancip di bagian perut.
Persyaratan kualitas air media yang dikehendaki ikan Black Ghost yaitu 'Soft' (lunak) dan cenderung asam, walaupun demikian 'Black Ghost' relatif dapat hidup pada kondisi air yang bervariasi. Black Ghost juga memilih makanan jenis tertentu, dapat memakan pakan kering, beku maupun makanan hidup, walaupun demikian lebih suka jika diberi pakan cacing rambut.
KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan bahan yang diperlukan untuk memproduksi ikan "Black Ghost" adalah :
1. Wadah pemeliharaan & perlengkapan
~ Akuarium ukuran ( 40 x 40 x 80 ) cm sebagai tempat pemeliharaan induk dan sekaligus tempat pemijahan dilengkapi dengan tempat penempelan telur berupa baki plastik yang diisi dengan batu, atau batang pohon pakis.
~ Akuarium ukuran ( 60 x 40 x 40 ) cm sebagai tempat penetasan telur.
~ Instalasi aerasi berupa blower, selang aerasi dan batu aerasi.
~ Peralatan lain seperti selang untuk mengganti air, soope net dan alat-alat pembersih akuarium (sikat,dll)
2. Pakan
~ 'Blood worm' yang digunakan sebagai pakan induk.
~ Cacing rambut yang digunakan sebagai pakan ikan mulai umur + 2 minggu sampai dewasa.
~ Artemia, yang digunakan untuk pakan larva.
KEGIATAN OPERASIONAL
1. Pembenihan
Kegiatan pembenihan meliputi pemeliharaan induk dan calon induk, pemijahan serta perawatan larva.
1.1. Pemeliharaan Induk
Perbedaan jantan dan betina ikan dewasa terutama dapat dilihat dari panjang dagunya (jarak antara ujung mulut dengan tutup insang). Pada ikan jantan, dagunya relatif lebih panjang dibandingkan dengan ikan betina. Ikan jantan relatif lebih langsing dibandingkan dengan ikan betina yang mempunyai bentuk perut yang gendut. Pada induk jantan dewasa, terdapat cairan putih (sperma) apabila diurut bagian perutnya. Induk Black Ghost dapat matang telur setelah berumur sekitar satu tahun dengan panjang + 15 cm.
Induk betina dan jantan dipelihara dalam satu wadah berupa akuarium berukuran ( 80 x 40 x 50 ) cm, yang dilengkapi dengan instalasi aerasi dengan pakan berupa 'Blood Warm' yang diberikan dengan frekuensi 3 kali/hari secara (ad libitum). Pergantian air harus dilakukan setiap hari untuk membuang kotoran-kotoran yang terdapat di dasar akuarium dan menjaga kualitas media pemeliharaan.
1.2. Pemijahan
Pemijahan dilakukan secara masal di dalam akuarium yang sekaligus sebagai tempat pemeliharaan induk. Perbandingan induk betina dan jantan adalah 2 : 1. Pada wadah pemijahan tersebut, ditempatkan baki plastik berukuran (30x20x7)cm yang diisi dengan batu sebagai tempat penempelan telur dan pada bagian tengah baki ditutup dengan baki berlubang (20x15x10) cm untuk melindungi telur dari pemangsaan induknya sendiri. Untuk akuarium ukuran (80 x 60 x 50) cm dapat dipelihara 10 ekor induk betina dan paling sedikit 5 ekor jantan.
Lingkungan tempat pemeliharaan dan pemijahan ikan Black Ghost biasanya dibuat relatif gelap, dan ikan ini memijah pada malam hari. Menjelang terbit matahari, tempat penempelan telur berupa baki harus segera diambil dan dipindahkan ke tempat penetasan, untuk menghindari pemangsaan telur tersebut oleh induknya. Telur yang dipanen dari baki pemijahan + 200 butir/hari.
1.3. Penetasan telur dan perawatan larvaPenetasan telur dilakukan di akuarium, dan akan menetas pada hari ketiga. Makanan berupa naupli artemia mulai diberikan pada hari ke-10 setelah penetasan dan selanjutnya diberi cacing rambut secara ad libitum.
1.4. Pendederan dan Pembesaran
Kegiatan pendederan dilakukan setelah larva dapat memakan cacing rambut, yaitu + berumur 2 minggu, sampai ikan mencapai ukuran + 1 inchi dengan lama pemeliharaan 1 - 15 bulan sedangkan kegiatan pembesaran ikan Black Ghost dilakukan untuk mencapai ukuran komersial, yaitu 2-3 inchi. Wadah yang digunakan dapat berupa akuarium atau bak dengan padat tebar 2 - 5 ekor / l. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah cacing rambut secara ad libitum. Ikan Black Ghost dengan ukuran 2 inchi dapat dicapai dalam waktu dua bulan. Sedangkan ukuran 3 inchi dapat dicapai dengan menambah waktu pemeliharaan selama tiga minggu. Penyiphonan untuk membuang kotoran harus dilakukan setiap hari agar kualitas media tetap terjaga.
Sumber :
http://kamaluddinfishery.blogspot.com/2012/09/pembenihan-ikan-hias-black-ghost.html
Kamis, 27 Desember 2012
Teknik Budidaya Pegagan
Pegagan (centella asiatica) merupakan tanaman yang dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (1-2500 mdpl) dengan curah hujan 8-9 bulan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal suhu udara antara 20-25 oC dan kelembaban 70-90% dan pH 6-7. Pegagan juga memiliki beberapa nama di beberapa daerah di Indonesia seperti daun kaki kuda, daun aga, pegagan, rumput kaki kuda dan antaran gede. Selain di Indonesia pegagan juga dikenal oleh beberapa beberapa nama asing seperti Amerika (Gotu kola), Jerman (Wassernabel) dan Malaysia (pegagan ular).
Pegagan ini merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Pegagan tumbuh secara merayap, tidak berbatang dengan tinggi tanaman 10-50 cm. Daun tersusun dalam roset akar dan bentuk daun seperti kipas dengan permukaan daun licin serta tepi daun melengkung ke atas dan bergerigi. Diameter daun 1-7 cm.
Tangkai daun pegagan berbentuk pelepah, agak panjang dan berukuran 5-15 cm. Bentuk bunga bundar lonjong, cekung dan runcing ke ujung. Kelopak bunga tidak bercuping serta tajuk bunga berbentuk bulat telur dan meruncing ke ujung.
Buah tanaman pegagan kecil, panjang 2-2,5 mm dan lebar 7 mm. Akar rimpang dengan banyak stolon.
Pada akar, batang dan daun pegagan mengandung : senyawa glikosida, triterpenoida, alkaloida, hidrokotilin, steroid, tannin, minyak atsiri, gula pereduksi dan garam mineral seperti K, Na, Mg, Ca dan Fe.
Dalam tahapan budidaya pegagan harus melalui tahapan-tahapan seperti pada penjelasan di bawah ini :
a. Persiapan dan pengolahan lahan
Tujuan dari pengolahan lahan adalah untuk membuat kondisi fisik lahan cukup remah dan gembur guna menunjang pertumbuhan yang baik bagi tanaman, serta untuk mengurangi populasi gulma. Jika lahan yang digunakan adalah persawahan, maka dalam pengolahannya perlu membuat saluran air, pencangkulan dan penggemburan tanah serta pembuatan bedengan.
Secara umum pegagan dapat tumbuh di sembarang tempat, daerah dan waktu dalam arti dapat ditanam baik di tegalan atau persawahan, di daerah dataran tinggi maupun rendah dan ditanam baik di musim kemarau atau penghujan.
b. Persiapan bibit
Bibit harus berasal dari tanaman yang benar-benar sehat, kuat serta tidak terserang hama dan penyakit. Secara umum pegagan dapat dikembangbiakan dengan biji dan stolon. Stolon yang diambil sudah berakar dan setiap ruas dengan panjang stolon minimal 3 ruas.
c. Penanaman
Bibit pegagan berusia 4-6 minggu dianjurkan ditanam dengan jarak 20x20 cm dan langsung dilakukan penyiraman.
d. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan dilakukan untuk mendapatkan pegagan yang sehat dan berkualitas, meliputi :
- Penyiraman dilakukan 1-2 kali setiap hari, tergantung kondisi lahan.
- Pemupukan dilakukan 2-3 kali tiap 1 kali masa tanam, yaitu saat awal penanaman, pertengahan pertumbuhan vegetatif dan saat siap waktu.
- Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang tidak berhasil tumbuh dan dilakukan setelah tanaman berumur 2-4 minggu di lahan.
- Penyiangan dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya tanaman pengganggu serta untuk memperbaiki struktur tanah dan dilaksanakan 1-4 minggu setelah tanam dan selanjutnya dilakukan secara rutin tiap 1 bulan.
e. Penanggulangan hama penyakit
Dianjurkan untuk menggunakan pestisida nabati guna mengendalikan hama belalang dan ulat pemakan daun. Larutan pestisida nabati berupa bunga krisan, mimba, tembakau, akar tuba, lengkuas, sereh, daun sambiloto/bawang putih yang setelah dicampur, dijadikan larutan dan disemprotkan pada tanaman untuk pengendalian hama. Penyakit yang biasa menyerang adalah penyakit busuk akar. Usaha preventif yang dapat dilakukan adalah menjaga keseimbangan kelembaban tanah.
Saat pemanenan adalah pada saat tanaman umur 3-6 bulan. Pemanenan pegagan yang dilakukan sebanyak 3 kali dengan cara memotong tanaman dari pangkal, dengan alat yang bersih dan tajam.
Sumber :
http://www.scribd.com/doc/52412831/Teknik-budidaya-Pegagan
Pegagan ini merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Pegagan tumbuh secara merayap, tidak berbatang dengan tinggi tanaman 10-50 cm. Daun tersusun dalam roset akar dan bentuk daun seperti kipas dengan permukaan daun licin serta tepi daun melengkung ke atas dan bergerigi. Diameter daun 1-7 cm.
Tangkai daun pegagan berbentuk pelepah, agak panjang dan berukuran 5-15 cm. Bentuk bunga bundar lonjong, cekung dan runcing ke ujung. Kelopak bunga tidak bercuping serta tajuk bunga berbentuk bulat telur dan meruncing ke ujung.
Buah tanaman pegagan kecil, panjang 2-2,5 mm dan lebar 7 mm. Akar rimpang dengan banyak stolon.
Pada akar, batang dan daun pegagan mengandung : senyawa glikosida, triterpenoida, alkaloida, hidrokotilin, steroid, tannin, minyak atsiri, gula pereduksi dan garam mineral seperti K, Na, Mg, Ca dan Fe.
Dalam tahapan budidaya pegagan harus melalui tahapan-tahapan seperti pada penjelasan di bawah ini :
a. Persiapan dan pengolahan lahan
Tujuan dari pengolahan lahan adalah untuk membuat kondisi fisik lahan cukup remah dan gembur guna menunjang pertumbuhan yang baik bagi tanaman, serta untuk mengurangi populasi gulma. Jika lahan yang digunakan adalah persawahan, maka dalam pengolahannya perlu membuat saluran air, pencangkulan dan penggemburan tanah serta pembuatan bedengan.
Secara umum pegagan dapat tumbuh di sembarang tempat, daerah dan waktu dalam arti dapat ditanam baik di tegalan atau persawahan, di daerah dataran tinggi maupun rendah dan ditanam baik di musim kemarau atau penghujan.
b. Persiapan bibit
Bibit harus berasal dari tanaman yang benar-benar sehat, kuat serta tidak terserang hama dan penyakit. Secara umum pegagan dapat dikembangbiakan dengan biji dan stolon. Stolon yang diambil sudah berakar dan setiap ruas dengan panjang stolon minimal 3 ruas.
c. Penanaman
Bibit pegagan berusia 4-6 minggu dianjurkan ditanam dengan jarak 20x20 cm dan langsung dilakukan penyiraman.
d. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan dilakukan untuk mendapatkan pegagan yang sehat dan berkualitas, meliputi :
- Penyiraman dilakukan 1-2 kali setiap hari, tergantung kondisi lahan.
- Pemupukan dilakukan 2-3 kali tiap 1 kali masa tanam, yaitu saat awal penanaman, pertengahan pertumbuhan vegetatif dan saat siap waktu.
- Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang tidak berhasil tumbuh dan dilakukan setelah tanaman berumur 2-4 minggu di lahan.
- Penyiangan dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya tanaman pengganggu serta untuk memperbaiki struktur tanah dan dilaksanakan 1-4 minggu setelah tanam dan selanjutnya dilakukan secara rutin tiap 1 bulan.
e. Penanggulangan hama penyakit
Dianjurkan untuk menggunakan pestisida nabati guna mengendalikan hama belalang dan ulat pemakan daun. Larutan pestisida nabati berupa bunga krisan, mimba, tembakau, akar tuba, lengkuas, sereh, daun sambiloto/bawang putih yang setelah dicampur, dijadikan larutan dan disemprotkan pada tanaman untuk pengendalian hama. Penyakit yang biasa menyerang adalah penyakit busuk akar. Usaha preventif yang dapat dilakukan adalah menjaga keseimbangan kelembaban tanah.
Saat pemanenan adalah pada saat tanaman umur 3-6 bulan. Pemanenan pegagan yang dilakukan sebanyak 3 kali dengan cara memotong tanaman dari pangkal, dengan alat yang bersih dan tajam.
Sumber :
http://www.scribd.com/doc/52412831/Teknik-budidaya-Pegagan
Rabu, 26 Desember 2012
Budidaya Daun Dewa
Daun Dewa merupakan salah satu tanaman herbal yang diusahakan Petani untuk memenuhi bahan baku industri obat sekaligus melestarikan lingkungan hidup. Dalam rangka melaksanakan budidaya daun dewa yang baik (Good Agricultura Practice) berikut ini kami sajikan budidaya dan pasca panen daun dewa.
A. Budidaya Daun Dewa
Budidaya tanaman obat, termasuk daun dewa, dilakukan untuk tujuan melestarikan lingkungan hidup dan memenuhi bahan baku obat tradisional. Dalam budi daya tanaman obat, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Setiap tahap mempunyai ciri tersendiri dan memerlukan perhatian khusus. Masalah penanganan pasca panen juga ikut berperan dalam menentukan mutu atau kualitas bahan yang dihasilkan.
1. Lokasi Tumbuh
Daun dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl (dari permukaan laut). Disamping itu, tanaman tersebut tumbuh di daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500 – 3.500 mm/tahun dengan tanah yang agak lembab sampai subur.
2. Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami bisa disiapkan dengan membuat bedengan–bedengan selebar 2 m dan panjangnya disesuaikan dengan lahan. Di bedengan tersebut dibuat lubang tanam dengan ukuran sekitar 20 x 20 x 20 cm.
3. Pembibitan
Memperbanyak tanaman daun dewa bisa dilakukan dengan stek batang dan tunas akar. Stek batang dibuat dengan panjang antara 15-20 cm dan bagian bawah batang dipotong miring agar daerah tumbuh perakaran menjadi lebih luas. Stek ditanam di persemaian dengan cara dibenamkan sepertiga bagian ke dalam media tanam. Media tanam untuk persemaian terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 70:30 atau 50:50. Cara memperbanyak dengan tunas yang diambil dapat dengan atau tanpa akar. Penanaman tunas dilakukan seperti stek batang. Memperbanyak daun dewa sangat mudah dilakukan, yakni dengan cara stek cabang sekunder, umbi, atau tunas anakan. Penyiraman harus dilakukan setiap hari. Lama persemaian sekitar 3 bulan.
4. Penanaman
Sambung nyawa yang diperoleh dari setek yang sudah berakar bisa ditanam di lubang-lubang tanam yang sudah disiapkan setelah berumur sekitar 3 bulan. Jarak tanam ideal adalah 50x75 cm.
Sementara itu, penanaman daun dewa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Umbi tanaman bisa langsung ditanam, dalam beberapa hari, di atas umbi akan tumbuh anakan.
b. Jika tingginya sudah mencapai 15-20 cm, anakan bisa dipisahkan dari umbinya, selanjutnya anakan tanpa akar tersebut dapat ditanam kembali.
c. Jika tanaman sudah tua, dari atas tanaman timbul tangkai-tangkai anakan. Jika tingginya sudah mencapai 15 cm, dipotong dan ditanam kembali.
5. Pemupukan
Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk organik, berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk tersebut diberikan sekitar 5 gram untuk setiap tanaman. Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum penanaman dengan cara diaduk dengan tanah di dalam lubang tanam.
6. Perawatan Tanaman
Penyiraman sangat memegang peranan penting terhadap penampilan daun. Karena itu, harus dilakukan secara rutin setiap hari. Penyiangan atau pemberantasan rumput-rumput dan tumbuh pengganggu (gulma) harus dilakukan secara rutin.
7. Penanggulangan Hama dan Penyakit
Hama utama yang menyerang daun dewa adalah ulat jengkel (Nyctemera coleta) dan kumbung Psylliodes sp. Ulat jengkel memakan daun sampai habis dan yang tersisa hanya tulang daun. Sementara itu, serangan kumbang mengakibatkan daun menjadi berlubang-lubang. Untuk mengurangi sarangan hama tersebut harus dilakukan pemangkasan daun-daun yang rusak, berlubang-lubang, dan daun yang menyentuh tanah. Jika terjadi ledakan hama, perlu digunakan insektisida sintetis, seperti Dikhlorvos atau Fentrotion dengan dosis 1 ml atau 1 gram per liter sebanyak 4-5 helai kearah pucuk.
8. Panen
Panen pertama dapat dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4-5 helai daun kearah puncak. Di batang bekas pangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru yang dapat dipanen kembali secara bertahap.
B. Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan suatu tahap pengolahan dari bahan-bahan yang telah dipanen. Pengolahan pascapanen harus dilakukan secara benar, karena akan berpengaruh terhadap kualitas dan zat berkhasiat yang terkandung dalam tanaman obat yang akan digunakan. Salah satu contoh penanganan pascapanen adalah dibuat simplisia.
1. Proses Pembuatan Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan untuk obat, belum mengalami pengolahan apapun, dan jika tidak disebutkan lain, simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah simplia berupa tanaman utuh, bagian tanaman, atau eksudat tanaman. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan, dan kegunaannya, simplisia harus memenuhi persyaratan minimal.
2. Tahap Pembuatan Simplisia
a. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.
b. Sortasi Basah
Kegiatan sortasi perlu dilakukan untuk membuang bahan lain yang tidak berguna atau berbahaya.
c. Pencucian
Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air sebaiknya dicuci sesingkat mungkin.
d. Perajangan
Tanaman yang baru diambil sebaiknya tidak langsung dirajang, tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan.
f. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal.
g. Pengepakan dan Penyimpanan
Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Sebaiknya simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung.
h. Pemeriksaan Mutu
Simplisia harus memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia.
Sumber :
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/index.php?option=com_content&view=article&id=15:budidaya-daun-dewa&catid=6:iptek&Itemid=47
A. Budidaya Daun Dewa
Budidaya tanaman obat, termasuk daun dewa, dilakukan untuk tujuan melestarikan lingkungan hidup dan memenuhi bahan baku obat tradisional. Dalam budi daya tanaman obat, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Setiap tahap mempunyai ciri tersendiri dan memerlukan perhatian khusus. Masalah penanganan pasca panen juga ikut berperan dalam menentukan mutu atau kualitas bahan yang dihasilkan.
1. Lokasi Tumbuh
Daun dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl (dari permukaan laut). Disamping itu, tanaman tersebut tumbuh di daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500 – 3.500 mm/tahun dengan tanah yang agak lembab sampai subur.
2. Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami bisa disiapkan dengan membuat bedengan–bedengan selebar 2 m dan panjangnya disesuaikan dengan lahan. Di bedengan tersebut dibuat lubang tanam dengan ukuran sekitar 20 x 20 x 20 cm.
3. Pembibitan
Memperbanyak tanaman daun dewa bisa dilakukan dengan stek batang dan tunas akar. Stek batang dibuat dengan panjang antara 15-20 cm dan bagian bawah batang dipotong miring agar daerah tumbuh perakaran menjadi lebih luas. Stek ditanam di persemaian dengan cara dibenamkan sepertiga bagian ke dalam media tanam. Media tanam untuk persemaian terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 70:30 atau 50:50. Cara memperbanyak dengan tunas yang diambil dapat dengan atau tanpa akar. Penanaman tunas dilakukan seperti stek batang. Memperbanyak daun dewa sangat mudah dilakukan, yakni dengan cara stek cabang sekunder, umbi, atau tunas anakan. Penyiraman harus dilakukan setiap hari. Lama persemaian sekitar 3 bulan.
4. Penanaman
Sambung nyawa yang diperoleh dari setek yang sudah berakar bisa ditanam di lubang-lubang tanam yang sudah disiapkan setelah berumur sekitar 3 bulan. Jarak tanam ideal adalah 50x75 cm.
Sementara itu, penanaman daun dewa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Umbi tanaman bisa langsung ditanam, dalam beberapa hari, di atas umbi akan tumbuh anakan.
b. Jika tingginya sudah mencapai 15-20 cm, anakan bisa dipisahkan dari umbinya, selanjutnya anakan tanpa akar tersebut dapat ditanam kembali.
c. Jika tanaman sudah tua, dari atas tanaman timbul tangkai-tangkai anakan. Jika tingginya sudah mencapai 15 cm, dipotong dan ditanam kembali.
5. Pemupukan
Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk organik, berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk tersebut diberikan sekitar 5 gram untuk setiap tanaman. Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum penanaman dengan cara diaduk dengan tanah di dalam lubang tanam.
6. Perawatan Tanaman
Penyiraman sangat memegang peranan penting terhadap penampilan daun. Karena itu, harus dilakukan secara rutin setiap hari. Penyiangan atau pemberantasan rumput-rumput dan tumbuh pengganggu (gulma) harus dilakukan secara rutin.
7. Penanggulangan Hama dan Penyakit
Hama utama yang menyerang daun dewa adalah ulat jengkel (Nyctemera coleta) dan kumbung Psylliodes sp. Ulat jengkel memakan daun sampai habis dan yang tersisa hanya tulang daun. Sementara itu, serangan kumbang mengakibatkan daun menjadi berlubang-lubang. Untuk mengurangi sarangan hama tersebut harus dilakukan pemangkasan daun-daun yang rusak, berlubang-lubang, dan daun yang menyentuh tanah. Jika terjadi ledakan hama, perlu digunakan insektisida sintetis, seperti Dikhlorvos atau Fentrotion dengan dosis 1 ml atau 1 gram per liter sebanyak 4-5 helai kearah pucuk.
8. Panen
Panen pertama dapat dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4-5 helai daun kearah puncak. Di batang bekas pangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru yang dapat dipanen kembali secara bertahap.
B. Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan suatu tahap pengolahan dari bahan-bahan yang telah dipanen. Pengolahan pascapanen harus dilakukan secara benar, karena akan berpengaruh terhadap kualitas dan zat berkhasiat yang terkandung dalam tanaman obat yang akan digunakan. Salah satu contoh penanganan pascapanen adalah dibuat simplisia.
1. Proses Pembuatan Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan untuk obat, belum mengalami pengolahan apapun, dan jika tidak disebutkan lain, simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah simplia berupa tanaman utuh, bagian tanaman, atau eksudat tanaman. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan, dan kegunaannya, simplisia harus memenuhi persyaratan minimal.
2. Tahap Pembuatan Simplisia
a. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.
b. Sortasi Basah
Kegiatan sortasi perlu dilakukan untuk membuang bahan lain yang tidak berguna atau berbahaya.
c. Pencucian
Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air sebaiknya dicuci sesingkat mungkin.
d. Perajangan
Tanaman yang baru diambil sebaiknya tidak langsung dirajang, tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan.
f. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal.
g. Pengepakan dan Penyimpanan
Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Sebaiknya simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung.
h. Pemeriksaan Mutu
Simplisia harus memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia.
Sumber :
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanreyar/index.php?option=com_content&view=article&id=15:budidaya-daun-dewa&catid=6:iptek&Itemid=47
Selasa, 25 Desember 2012
Budidaya Tanaman Sambung Nyawa
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan tentang tanaman yang berkhasiat obat, diketahui banyak jenis tanaman yang bermanfaat sebagai obat. Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah sambung nyawa atau sambang nyawa. Tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens) termasuk ke dalam suku Asteraceae, dan pada beberapa daerah dikenal dengan sebutan ngokilo. Sambang nyawa merupakan salah satu tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah, gangguan pada kantong kemih, menurunkan panas, menghilangkan rasa nyeri pada pembengkakan, dan juga penyakit ginjal.
Sebuah hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sambang nyawa mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit karena diinfus dengan benzpirena. Lebih jauh dinyatakan bahwa pada dosis 2,23 mg/0,2 ml dan 4,46 mg/0,2 ml dari ekstrak heksan mampu menghambat pertumbuhan kanker. Sambang nyawa bersifat manis, tawar, dingin dan sedikit toksik. Rasa manis mempunyai sifat menguatkan (tonik) dan menyejukkan.
Sambung nyawa dapat tumbuh di selokan, pagar rumah, pinggiran hutan, padang rumput dan ditemukan pada ketinggian 1 - 1.200 m dpl, tumbuh di dataran yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500 – 3.500 mm/tahun dan tumbuh baik pada tanah yang agak lembab sampai lembab dan subur.
Tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Compositae
Marga : Gynura
Jenis : Gynura procumbens Lour Merr.
Nama umum/dagang : sambung nyawa
Nama daerah : beluntas cina, daun dewa (Melayu)
Sambang nyawa merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 20 - 60 cm. Batangnya lunak, dengan penampang bulat, berwarna hijau keunguan. Daun sambung nyawa tunggal, bentuk bulat telur dan berwarna ungu kehijauan, tepi daun rata atau agak bergelombang, panjang mencapai 15 cm lebar 7 cm. Daun bertangkai, letak berseling, berdaging, ujung dan pangkal me-runcing, serta pertulangan menyirip dan berakar serabut. Tanaman ini tidak berbunga dan berbuah.
Penanaman
Perbanyakan sambang nyawa dilakukan dengan menggunakan bahan tanaman setek batang dan tunas akar. Setek batang yang digunakan berukuran panjang 15 - 20 cm. Bila menggunakan tunas akar dilakukan dengan mencabut atau memisahkan tunas dari tanaman induk. Penanaman tunas dilakukan seperti pada stek batang. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah + pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Tanaman sebaiknya mendapat naungan dengan mendapatkan in-tensitas sinar matahari sekitar 60%. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan lama penyemaian 2 - 3 bulan.
Jarak tanam yang ideal 50 x 75 cm, panjang disesuaikan dengan lahan dengan lubang tanam 20 x 20 x 20 cm
Pemupukan
Pemupukan menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk diberikan 5 g setiap tanaman dan diberikan 3 - 7 hari sebelum penanaman. Pemupukan lanjutan dapat diberikan gandasil-D dengan dosis 0,2 sampai 0,3 %.
Organisme pengganggu
Dijumpai 4 jenis hama yang menyerang tanaman ini, yakni Plococcus sp., Sylepta chinensis, Ularchis miliaris, dan Acrida turhita. Serangan yang ditimbulkan terlihat dengan penampilan daun yang hanya tinggal tulangnya atau daun yang berlubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama dilakukan pengendalian secara organik dan dapat digunakan mulsa yang berasal dari daun orok-orok kebo dan daun lamtoro.
Perbanyakan tanaman melalui kultur in vitro
Aplikasi teknologi dengan cara kultur jaringan dapat juga diterapkan untuk memperoleh bahan tanaman seragam secara cepat dan mendapatkan tanaman yang bebas penyakit serta dapat juga diterapkan teknik penyimpanan plasma nutfah. Media untuk multiplikasi tunas sambang nyawa adalah Murashige dan Skoog yang dapat diperkaya dengan Benzil Adenin pada konsentrasi 0 sampai 1 mg/l. Penggunaan media MS tanpa zat pengatur tumbuh dapat diterapkan pada tahap awal kultur, karena tingginya kandungan auksin endogen, dan pada media tersebut menghasilkan jumlah tunas rata-rata 5,4 setelah masa kultur 2 bulan. Penambahan BA pada media dilakukan setelah memasuki umur kultur 2 tahun, bila tidak ada penambahan zat pengatur tumbuh, daya multiplikasi tunas rendah. Sambang nyawa diduga memiliki kandungan hormon endogen yang cukup untuk multiplikasi tunas.
Media perakaran terbaik adalah MS + IAA 0,1 dengan panjang akar 9,3 cm dan jumlah daun 12/tunas. Akar yang terbentuk tidak hanya dipangkal batang, tetapi juga terbentuk rambut akar yang ditemu-kan pada ruas-ruas batang. Plantlet yang telah terbentuk selanjutnya diaklimatisasi di rumah kaca dapat menggunakan media pupuk kan-dang, sekam atau kompos selama 4 minggu. Keberhasilan aklimatisasi menggunakan pupuk kandang + tanah (1 : 1) mencapai 90%.
Dari hasil perbanyakan in vitro dengan menggunakan tunas pucuk pada media MS dengan kadar gula 0,10 dan 20 g/l, ternyata tunas memiliki kemampuan tumbuh yang hampir sama dengan tunas yang ditanam pada media yang mengan-dung gula 10 dan 20 g/l, bahkan akar terbentuk 5 - 7 hari setelah penanaman.
Penyimpanan secara in vitro dalam keadaan tumbuh dapat dilakukan dengan menggunakan media perbanyakan (MS + BA0,1 mg/l) ataupun menggunakan media penghambat. Media perbanyakan yang digunakan adalah MS dengan konsentrasi BA 0,1 mg/l dapat pula diterapkan pada tanaman. Pembaruan media kultur dapat dilakukan sekali 8 bulan, dalam kondisi media yang telah berkurang dan penampilan tanaman yang memperlihatkan adanya daun yang mulai menguning. Saat ini umur kultur sambang nyawa telah memasuki periode 3 tahun kultur. Sedangkan bila menggunakan media penghambat paclobutrazol dan ABA serta secara enkapsulasi penyimpan-an dapat berlangsung sampai 6 bulan.
Kandungan kimia
Kandungan kimia yang ditemukan pada tanaman ini adalah saponin, flavanoida seperti asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat dan asam vanilat. Daun sambang nyawa mengandung minyak atsiri 0,05% minyak atsiri dengan komponen utama germakrena β (23,71%), β-kadinena (20,19%) dan sedicanol (22,42%). Dengan menggunakan metode perhitungan secara Reed-Muench diketahui bahwa LD50 ekstrak etanol daun sambang nyawa sebesar 5.556 g/kg BB. Jika diasumsikan berat badan orang dewasa rata-rata 50 kg, LD50 tercapai jika mengkonsumsi sebanyak 27,78 g ekstrak atau lebih kurang sama dengan daun sambung nyawa segar sejumlah 277 g. Jadi jika kita mengkonsumsi daun sam-bung nyawa 6 - 15 lembar sehari, kondisi ini masih aman.
Panen dan pengolahan simplisia
Panen pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4 - 5 helai ke arah puncak. Pada budidaya sambang nyawa secara monokultur dapat diproduksi daun segar 50,75 ton/ha.
Daun yang dipanen dapat dikonsumsi segar dalam bentuk lalaban atau dibuat urap dan dapat juga disimpan dalam bentuk simplisia. Simplisia dibuat dengan cara mengiris daun dan dijemur selama beberapa hari untuk mengurangi kadar air. Dapat pula dilakukan dengan cara pengeringan pada oven pada suhu 400C, selama 5 hari diperoleh simplisia sebesar 4,25 ton/ha dengan kadar air 8%, kadar sari larut dalam etanol sebesar 6%, kadar sari larut dalam air sebesar 30% serta kadar ekstrak etanol sebesar 5,1%. Simplisia daun yang dihasilkan berwarna hijau kecokelatan, berbau harum dan berasa sedikit asam. Simplisia selanjutnya digerus dan diayak. Bagian yang halus selanjutnya disimpan dalam bentuk kapsul dan siap dikonsumsi.
Sumber : http://fharmacy.blogspot.com/2009/05/daun-sambung-nyawa.html
Sebuah hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sambang nyawa mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit karena diinfus dengan benzpirena. Lebih jauh dinyatakan bahwa pada dosis 2,23 mg/0,2 ml dan 4,46 mg/0,2 ml dari ekstrak heksan mampu menghambat pertumbuhan kanker. Sambang nyawa bersifat manis, tawar, dingin dan sedikit toksik. Rasa manis mempunyai sifat menguatkan (tonik) dan menyejukkan.
Sambung nyawa dapat tumbuh di selokan, pagar rumah, pinggiran hutan, padang rumput dan ditemukan pada ketinggian 1 - 1.200 m dpl, tumbuh di dataran yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500 – 3.500 mm/tahun dan tumbuh baik pada tanah yang agak lembab sampai lembab dan subur.
Tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Compositae
Marga : Gynura
Jenis : Gynura procumbens Lour Merr.
Nama umum/dagang : sambung nyawa
Nama daerah : beluntas cina, daun dewa (Melayu)
Sambang nyawa merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 20 - 60 cm. Batangnya lunak, dengan penampang bulat, berwarna hijau keunguan. Daun sambung nyawa tunggal, bentuk bulat telur dan berwarna ungu kehijauan, tepi daun rata atau agak bergelombang, panjang mencapai 15 cm lebar 7 cm. Daun bertangkai, letak berseling, berdaging, ujung dan pangkal me-runcing, serta pertulangan menyirip dan berakar serabut. Tanaman ini tidak berbunga dan berbuah.
Penanaman
Perbanyakan sambang nyawa dilakukan dengan menggunakan bahan tanaman setek batang dan tunas akar. Setek batang yang digunakan berukuran panjang 15 - 20 cm. Bila menggunakan tunas akar dilakukan dengan mencabut atau memisahkan tunas dari tanaman induk. Penanaman tunas dilakukan seperti pada stek batang. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah + pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Tanaman sebaiknya mendapat naungan dengan mendapatkan in-tensitas sinar matahari sekitar 60%. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan lama penyemaian 2 - 3 bulan.
Jarak tanam yang ideal 50 x 75 cm, panjang disesuaikan dengan lahan dengan lubang tanam 20 x 20 x 20 cm
Pemupukan
Pemupukan menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk diberikan 5 g setiap tanaman dan diberikan 3 - 7 hari sebelum penanaman. Pemupukan lanjutan dapat diberikan gandasil-D dengan dosis 0,2 sampai 0,3 %.
Organisme pengganggu
Dijumpai 4 jenis hama yang menyerang tanaman ini, yakni Plococcus sp., Sylepta chinensis, Ularchis miliaris, dan Acrida turhita. Serangan yang ditimbulkan terlihat dengan penampilan daun yang hanya tinggal tulangnya atau daun yang berlubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama dilakukan pengendalian secara organik dan dapat digunakan mulsa yang berasal dari daun orok-orok kebo dan daun lamtoro.
Perbanyakan tanaman melalui kultur in vitro
Aplikasi teknologi dengan cara kultur jaringan dapat juga diterapkan untuk memperoleh bahan tanaman seragam secara cepat dan mendapatkan tanaman yang bebas penyakit serta dapat juga diterapkan teknik penyimpanan plasma nutfah. Media untuk multiplikasi tunas sambang nyawa adalah Murashige dan Skoog yang dapat diperkaya dengan Benzil Adenin pada konsentrasi 0 sampai 1 mg/l. Penggunaan media MS tanpa zat pengatur tumbuh dapat diterapkan pada tahap awal kultur, karena tingginya kandungan auksin endogen, dan pada media tersebut menghasilkan jumlah tunas rata-rata 5,4 setelah masa kultur 2 bulan. Penambahan BA pada media dilakukan setelah memasuki umur kultur 2 tahun, bila tidak ada penambahan zat pengatur tumbuh, daya multiplikasi tunas rendah. Sambang nyawa diduga memiliki kandungan hormon endogen yang cukup untuk multiplikasi tunas.
Media perakaran terbaik adalah MS + IAA 0,1 dengan panjang akar 9,3 cm dan jumlah daun 12/tunas. Akar yang terbentuk tidak hanya dipangkal batang, tetapi juga terbentuk rambut akar yang ditemu-kan pada ruas-ruas batang. Plantlet yang telah terbentuk selanjutnya diaklimatisasi di rumah kaca dapat menggunakan media pupuk kan-dang, sekam atau kompos selama 4 minggu. Keberhasilan aklimatisasi menggunakan pupuk kandang + tanah (1 : 1) mencapai 90%.
Dari hasil perbanyakan in vitro dengan menggunakan tunas pucuk pada media MS dengan kadar gula 0,10 dan 20 g/l, ternyata tunas memiliki kemampuan tumbuh yang hampir sama dengan tunas yang ditanam pada media yang mengan-dung gula 10 dan 20 g/l, bahkan akar terbentuk 5 - 7 hari setelah penanaman.
Penyimpanan secara in vitro dalam keadaan tumbuh dapat dilakukan dengan menggunakan media perbanyakan (MS + BA0,1 mg/l) ataupun menggunakan media penghambat. Media perbanyakan yang digunakan adalah MS dengan konsentrasi BA 0,1 mg/l dapat pula diterapkan pada tanaman. Pembaruan media kultur dapat dilakukan sekali 8 bulan, dalam kondisi media yang telah berkurang dan penampilan tanaman yang memperlihatkan adanya daun yang mulai menguning. Saat ini umur kultur sambang nyawa telah memasuki periode 3 tahun kultur. Sedangkan bila menggunakan media penghambat paclobutrazol dan ABA serta secara enkapsulasi penyimpan-an dapat berlangsung sampai 6 bulan.
Kandungan kimia
Kandungan kimia yang ditemukan pada tanaman ini adalah saponin, flavanoida seperti asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat dan asam vanilat. Daun sambang nyawa mengandung minyak atsiri 0,05% minyak atsiri dengan komponen utama germakrena β (23,71%), β-kadinena (20,19%) dan sedicanol (22,42%). Dengan menggunakan metode perhitungan secara Reed-Muench diketahui bahwa LD50 ekstrak etanol daun sambang nyawa sebesar 5.556 g/kg BB. Jika diasumsikan berat badan orang dewasa rata-rata 50 kg, LD50 tercapai jika mengkonsumsi sebanyak 27,78 g ekstrak atau lebih kurang sama dengan daun sambung nyawa segar sejumlah 277 g. Jadi jika kita mengkonsumsi daun sam-bung nyawa 6 - 15 lembar sehari, kondisi ini masih aman.
Panen dan pengolahan simplisia
Panen pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4 - 5 helai ke arah puncak. Pada budidaya sambang nyawa secara monokultur dapat diproduksi daun segar 50,75 ton/ha.
Daun yang dipanen dapat dikonsumsi segar dalam bentuk lalaban atau dibuat urap dan dapat juga disimpan dalam bentuk simplisia. Simplisia dibuat dengan cara mengiris daun dan dijemur selama beberapa hari untuk mengurangi kadar air. Dapat pula dilakukan dengan cara pengeringan pada oven pada suhu 400C, selama 5 hari diperoleh simplisia sebesar 4,25 ton/ha dengan kadar air 8%, kadar sari larut dalam etanol sebesar 6%, kadar sari larut dalam air sebesar 30% serta kadar ekstrak etanol sebesar 5,1%. Simplisia daun yang dihasilkan berwarna hijau kecokelatan, berbau harum dan berasa sedikit asam. Simplisia selanjutnya digerus dan diayak. Bagian yang halus selanjutnya disimpan dalam bentuk kapsul dan siap dikonsumsi.
Sumber : http://fharmacy.blogspot.com/2009/05/daun-sambung-nyawa.html
Senin, 24 Desember 2012
Peluang Usaha Budidaya Bunga Gerbera
Bunga potong selalu dibutuhkan dalam setiap momen maupun suasana seperti mempercantik ruangan, rangkaian bunga hotel, hiasan pameran, ucapan suka dan dukacita, taman pengantin hingga bucket bunga. Diantara berbagai jenis bunga potong salah satunya adalah bunga garbera yang diminati. Bagaimana cara budidaya bunga garbera dan bagaimana perhitungan usahanya? Untuk budidaya bunga garbera dapat dilakukan di daerah dengan ketinggian 560 – 1400 m dpl.
Pertumbuhan optimal pada area penanaman beriklim sejuk dengan suhu udara minimum 13.7 – 18 celcius. Penanaman dilakukan dengan green house berukuran 20 x 20 m2.
Berikut Cara Budidaya Bunga Gerbera:
Pemilihan BIBIT.
Bibit yang digunakan diambil dari anakan. Anakan diambil dari batang bunga garbera jenis unggul berumur 12 bulan. Pilih indukan yang banyak tunas, produktif berbunga, pertumbuhan normal, sehat dan memiliki 7 -8 anakan per rumpun tanaman. Bersihkan anakan dari media tanam dan daun yg sudah tua. Pindahkan langsung ke green house. Resiko kematian tanaman yang berasal dari anakan adalah sekitar 10%.
Persiapan Media.
Media tanam yang paling baik harus memiliki pH berkisar 5,5 – 6,0 berupa campuran pupuk kandang dan sekam dengan perbandingan 5:1 yang kemudian disemprot dengan larutan obat E4 (obat berbentuk tepung yang berfungsi mencegah tumbuhnya bakteri). Selanjutnya diendapkan dan tutup rapat dengan terpal atau plastik selama satu bulan. Pengadukan perlu dilakukan agar campuran pupuk merata dan siap digunakan sebagai media tanam bunga garbera. Untuk memenuhi lahan seluas 400 m2 pupuk kandang yang dibutuhkan sekitar 6 ton dan sekam sebanyak 500 kg. Sedangkan obat E4 dibutuhkan sebanyak 6 botol isi 2 liter dilarutkan dalam 8 liter air per botol.
Penanaman dan Pemeliharaan.
Penanaman bibit dilakukan dalam green house dan dibuat bedengan berukuran 20 x 1m dengan tinggi 30 cm serta parit untuk saluran air di setiap sisinya. Jarak penanaman dapat dilakukan 20 x 20 cm antar benih. Penyiraman dilakukan setiap pagi, 2 hari sekali. Kalau musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari. Pembersihan lahan dari rumput dan daun – daunan rutin dilakukan perhari. Pemupukan dilakukan bertahap 15 hari sekali. Ada 2 tahap, Tahap 1 bunga gerbera disemprot larutan pupuk NPK 15:15:15 dengan dosis 4,5 kh x 150 L air tiap green house.
Pemberian pupuk
Pemberian pupuk tahap 1 dilakukan pada umur tanaman 15 haridan 30 hari terhitung sejak penanaman bibit. Tahap 2 pemberian pupuk NPK 15:15:15, KCL dan TSP sebanyak 10 Kg per green house dengan perbandingan 30% untuk masing2 pupuk. tahap 2 diberikan pada usia tanaman 45 hari dengan cara ditabur ke sekitar akar tanaman. Pemberian pupuk bertahan ini dilakukan terus menerus hingga habis masa produksi yaitu umur 12 bulan. Setelah itu bunga di relokasi pada lahan baru yang bertujuan untuk menjaga kualitas dan jumlah produksinya.
Penanganan Hama Penyakit.
Bunga gerbera termasuk tanaman yang rentan hama. Hama yang biasa menyerang adalah ulat dan belalang. Pencegahannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti proclam tiap minggu dengan takaran 5 gr/liter air. Jenis penyakit yang menyerang biasanya bercak daun, penyakit tepung dan kapang kelabu yg menyebabkan daun berwarna coklat. Pencegahannya dengan menggunakan fungisida seperti antracol 70 WP tiap minggu dengan takaran 5 gr /Liter air. Hal ini dilakukan saat bunga gerbera belum tumbuh. Tapi jika bunga sudah tumbuh bisa diberikan Diazinon tiap minggu dengan takaran 5gr / liter air.
Panen.
Waktu panen bunga gerbera dimulai saat kuntum bunga telah mekar penuh terhitung 2 – 3 bulan dari bibit anakan. Bunga gerbera dapat dipanen tiap minggu dengan kapasitas produksi 1200 kuntum bunga per green house dengan penyusutan produksi sebesar 10%. Panen berlangsung setiap minggu terhitungsejak panen perdana / umur tanaman 100 hari hingga habis masa produksi ( 12 bulan ). Bunga gerbera yg telah dipanen di rendam dalam air selama kurang lebih 1 jam dan diikat 10 batang lalu dibungkus dengan plastik atau kertas dan dimasukan dalam kardus karton / keranjang denga posisi tegak. Pengangkutan dilakukan dengan kendaraan berpendingin dengan suhu 7 -8 celsius, dengan kelembaban udara 60 -65 % untuk menjaga kesegaran bunga.
Perhintungan Analisis Usaha Bunga Gerbera
Perhitungan Usaha dan Asumsi Pendapatan Pembudidaya Bunga Gerbera per bulan: Semoga bermanfaat
Sumber / referensi: Agrobisnis Tabloid Peluang Usaha
http://idepeluangusaha.com/peluang-usaha-budidaya-bunga-gerbera/
Pertumbuhan optimal pada area penanaman beriklim sejuk dengan suhu udara minimum 13.7 – 18 celcius. Penanaman dilakukan dengan green house berukuran 20 x 20 m2.
Berikut Cara Budidaya Bunga Gerbera:
Pemilihan BIBIT.
Bibit yang digunakan diambil dari anakan. Anakan diambil dari batang bunga garbera jenis unggul berumur 12 bulan. Pilih indukan yang banyak tunas, produktif berbunga, pertumbuhan normal, sehat dan memiliki 7 -8 anakan per rumpun tanaman. Bersihkan anakan dari media tanam dan daun yg sudah tua. Pindahkan langsung ke green house. Resiko kematian tanaman yang berasal dari anakan adalah sekitar 10%.
Persiapan Media.
Media tanam yang paling baik harus memiliki pH berkisar 5,5 – 6,0 berupa campuran pupuk kandang dan sekam dengan perbandingan 5:1 yang kemudian disemprot dengan larutan obat E4 (obat berbentuk tepung yang berfungsi mencegah tumbuhnya bakteri). Selanjutnya diendapkan dan tutup rapat dengan terpal atau plastik selama satu bulan. Pengadukan perlu dilakukan agar campuran pupuk merata dan siap digunakan sebagai media tanam bunga garbera. Untuk memenuhi lahan seluas 400 m2 pupuk kandang yang dibutuhkan sekitar 6 ton dan sekam sebanyak 500 kg. Sedangkan obat E4 dibutuhkan sebanyak 6 botol isi 2 liter dilarutkan dalam 8 liter air per botol.
Penanaman dan Pemeliharaan.
Penanaman bibit dilakukan dalam green house dan dibuat bedengan berukuran 20 x 1m dengan tinggi 30 cm serta parit untuk saluran air di setiap sisinya. Jarak penanaman dapat dilakukan 20 x 20 cm antar benih. Penyiraman dilakukan setiap pagi, 2 hari sekali. Kalau musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari. Pembersihan lahan dari rumput dan daun – daunan rutin dilakukan perhari. Pemupukan dilakukan bertahap 15 hari sekali. Ada 2 tahap, Tahap 1 bunga gerbera disemprot larutan pupuk NPK 15:15:15 dengan dosis 4,5 kh x 150 L air tiap green house.
Pemberian pupuk
Pemberian pupuk tahap 1 dilakukan pada umur tanaman 15 haridan 30 hari terhitung sejak penanaman bibit. Tahap 2 pemberian pupuk NPK 15:15:15, KCL dan TSP sebanyak 10 Kg per green house dengan perbandingan 30% untuk masing2 pupuk. tahap 2 diberikan pada usia tanaman 45 hari dengan cara ditabur ke sekitar akar tanaman. Pemberian pupuk bertahan ini dilakukan terus menerus hingga habis masa produksi yaitu umur 12 bulan. Setelah itu bunga di relokasi pada lahan baru yang bertujuan untuk menjaga kualitas dan jumlah produksinya.
Penanganan Hama Penyakit.
Bunga gerbera termasuk tanaman yang rentan hama. Hama yang biasa menyerang adalah ulat dan belalang. Pencegahannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti proclam tiap minggu dengan takaran 5 gr/liter air. Jenis penyakit yang menyerang biasanya bercak daun, penyakit tepung dan kapang kelabu yg menyebabkan daun berwarna coklat. Pencegahannya dengan menggunakan fungisida seperti antracol 70 WP tiap minggu dengan takaran 5 gr /Liter air. Hal ini dilakukan saat bunga gerbera belum tumbuh. Tapi jika bunga sudah tumbuh bisa diberikan Diazinon tiap minggu dengan takaran 5gr / liter air.
Panen.
Waktu panen bunga gerbera dimulai saat kuntum bunga telah mekar penuh terhitung 2 – 3 bulan dari bibit anakan. Bunga gerbera dapat dipanen tiap minggu dengan kapasitas produksi 1200 kuntum bunga per green house dengan penyusutan produksi sebesar 10%. Panen berlangsung setiap minggu terhitungsejak panen perdana / umur tanaman 100 hari hingga habis masa produksi ( 12 bulan ). Bunga gerbera yg telah dipanen di rendam dalam air selama kurang lebih 1 jam dan diikat 10 batang lalu dibungkus dengan plastik atau kertas dan dimasukan dalam kardus karton / keranjang denga posisi tegak. Pengangkutan dilakukan dengan kendaraan berpendingin dengan suhu 7 -8 celsius, dengan kelembaban udara 60 -65 % untuk menjaga kesegaran bunga.
Perhintungan Analisis Usaha Bunga Gerbera
Perhitungan Usaha dan Asumsi Pendapatan Pembudidaya Bunga Gerbera per bulan: Semoga bermanfaat
Sumber / referensi: Agrobisnis Tabloid Peluang Usaha
http://idepeluangusaha.com/peluang-usaha-budidaya-bunga-gerbera/
Minggu, 23 Desember 2012
Bunga Gerbera/Hebras Merupakan Bunga Hias
Gerbera merupakan tanaman bunga hias berupa herba tidak berbatang. Masyarakat Indonesia menyebut gerbera sebagai gebras atau hebras. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman hias pendatang dari luar negri (introduksi) dan diduga berasal dari Afrika Selatan, Afrika Utara dan Rusia. Penemu tanaman gerbera adalah Traug Gerber, seorang naturalis berkebangsaan Jerman yang melakukan ekspedisi ke Afrika Selatan. Selanjutnya diketemukan gerbera hibrida oleh Jamenson. Berawal dari kedua penemu tersebut, tanaman gerbera dikukuhkan dengan nama Gerbera jamessonii Bolus. Tanaman hias ini masuk ke Indonesia sekitar abad XIX bersamaan dengan lintas perdagangan komoditi pertanian.
Jenis Bunga Hebras
Klasifikasi botani tanaman hias gerbera adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Famili : Compositae/Asteraceae
Genus : Gerbera
Spesies : Gerbera jamensonii
Dari keragaman bentuk bunga, terutama struktur helai mahkota bunganya dikenal empat jenis gerbera yang telah dibudidayakan di Indonesia yaitu:
a) Gerbera berbunga selapis:
helai mahkota bunga tersusun selapis dan umumnya berwarna merah, kuning dan merah jambu.
b) Gerbera berbunga dua:
helai mahkota tersusun bervariasi lebih dari satu. Lapis helai mahkota bagian luar nampak sekali perbedaan susunannya. Contoh berbunga lapis dua yaitu Gerbera jamensonii Fantasi Double Purple yang berwarna merah.
c) Gerbera berbunga tiga lapis:
contoh dari bunga jenis ini adalah Gerbera jamensonii Fantasi Triple Red yang berbunga dominan merah, kemudian bervariasi kuning atau hijau kekuningan.
d) Jenis gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda, dengan ukuran yang lebih besar dari ke tiga jenis di atas. Varitas yang ditanam adalah Gerbara yustika (pink merah), Orange Jaffa (oranye cerah), Ventury (oranye tua).
Manfaat Bunga Hebras
Selain sebagai bunga potong yang dapat tahan sampai 3 minggu, Tanaman hias gerbera merupakan salah satu penghasil minyak atsiri untuk bahan baku industri minyak wangi, sabun dan kosmetik.
Sentra Penanaman Bunga Hebras
Sentra penanaman bunga potong tanaman gerbera di Indonesia yaitu di daerah Kaban Jahe, Barus Jahe, dan Simpang Empat (Sumatra Utara, Brastagi), ipanas, Lembang dan Sukabumi (Jabar), Bandungan (Jateng), Batu dan Pujon (Malang Jatim). Sentra produksi tanaman gerbera di dunia adalah negara Belanda dan Thailand.
Syarat Pertumbuhan Bunga Hebras
Iklim yang Cocok untuk Bunga Hebras
1) Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 1.900-2.800 mm/tahun.
2) Daerah yang paling baik adalah daerah yang beriklim sejuk dengan suhu udara minimum 13,7-18 derajat C dan maksimum 19,5-30 derajat C. Suhu udara ideal di awal pertumbuhan 22 derajat C. Jika melebihi 35 derajat C, perkecambahan benih akan terganggu.
Media Tanam Bunga Hebras
1) Tanah yang baik untuk tanaman hias gerbera yaitu tanah lempung yang berpasir, subur dan banyak mengandung bahan organik atau humus.
2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya hebras berkisar 5,5-6,0.
Ketinggian Tempat untuk Bunga hebras
Di Indonesia di tanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat antara 560-1.400 m dpl.
Sumber : http://carabudidaya.com/bunga-gerbera-hebras/
Jenis Bunga Hebras
Klasifikasi botani tanaman hias gerbera adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Famili : Compositae/Asteraceae
Genus : Gerbera
Spesies : Gerbera jamensonii
Dari keragaman bentuk bunga, terutama struktur helai mahkota bunganya dikenal empat jenis gerbera yang telah dibudidayakan di Indonesia yaitu:
a) Gerbera berbunga selapis:
helai mahkota bunga tersusun selapis dan umumnya berwarna merah, kuning dan merah jambu.
b) Gerbera berbunga dua:
helai mahkota tersusun bervariasi lebih dari satu. Lapis helai mahkota bagian luar nampak sekali perbedaan susunannya. Contoh berbunga lapis dua yaitu Gerbera jamensonii Fantasi Double Purple yang berwarna merah.
c) Gerbera berbunga tiga lapis:
contoh dari bunga jenis ini adalah Gerbera jamensonii Fantasi Triple Red yang berbunga dominan merah, kemudian bervariasi kuning atau hijau kekuningan.
d) Jenis gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda, dengan ukuran yang lebih besar dari ke tiga jenis di atas. Varitas yang ditanam adalah Gerbara yustika (pink merah), Orange Jaffa (oranye cerah), Ventury (oranye tua).
Manfaat Bunga Hebras
Selain sebagai bunga potong yang dapat tahan sampai 3 minggu, Tanaman hias gerbera merupakan salah satu penghasil minyak atsiri untuk bahan baku industri minyak wangi, sabun dan kosmetik.
Sentra Penanaman Bunga Hebras
Sentra penanaman bunga potong tanaman gerbera di Indonesia yaitu di daerah Kaban Jahe, Barus Jahe, dan Simpang Empat (Sumatra Utara, Brastagi), ipanas, Lembang dan Sukabumi (Jabar), Bandungan (Jateng), Batu dan Pujon (Malang Jatim). Sentra produksi tanaman gerbera di dunia adalah negara Belanda dan Thailand.
Syarat Pertumbuhan Bunga Hebras
Iklim yang Cocok untuk Bunga Hebras
1) Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 1.900-2.800 mm/tahun.
2) Daerah yang paling baik adalah daerah yang beriklim sejuk dengan suhu udara minimum 13,7-18 derajat C dan maksimum 19,5-30 derajat C. Suhu udara ideal di awal pertumbuhan 22 derajat C. Jika melebihi 35 derajat C, perkecambahan benih akan terganggu.
Media Tanam Bunga Hebras
1) Tanah yang baik untuk tanaman hias gerbera yaitu tanah lempung yang berpasir, subur dan banyak mengandung bahan organik atau humus.
2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya hebras berkisar 5,5-6,0.
Ketinggian Tempat untuk Bunga hebras
Di Indonesia di tanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat antara 560-1.400 m dpl.
Sumber : http://carabudidaya.com/bunga-gerbera-hebras/
Sabtu, 22 Desember 2012
Cara Menanam Lengkeng Menggunakan Pot
Tadi waktu jalan sama keluarga ke toko buku saya mendapatkan buku yang memberikan informasi yang cukup lengkap ketika kita mau menanam tanaman buah didalam pot. Saat ini menanam tumbuhan buah dengan menggunakan media pot cukup populer. Mungkin salah satu alasannya adalah kepemilikan lahan yang terbatas alias sempit, sehingga menanam buah menggunakan pot menjadi alternatif karena tidak memerlukan lahan yang terlalu luas.
Salah satu isi buku tersebut membahas tentang tata cara menanam pohon lengkeng di dalam pot atau tabulampot. Buah lengkeng sangat digemari oleh banyak orang karena rasanya yang manis dan juga memiliki aroma tertentu yang membuat semakin nikmat rasanya. Daging buah lengkeng ada yang tebal ada juga yang tipis alias lebih besar biji. Pohon lengkeng tergolong tidak terlalu tinggi namun memiliki daun yang lebat. Buah dari tanaman ini biasanya berada diujung ranting. (alhamdulillah hujan turun disela-sela saya menulis blog ini, kebetulan tadi pagi habis memangkas daun dan batang pohon stroberi yang kurang bagus dan terlihat kering, selain itu daun pohon jambu bol jamaica yang terserang hama juga saya pangkas, semoga dengan turunnya hujan ini menjadikan kedua pohon tersebut segar kembali, aamiin).
Tanaman lengkeng yang cocok untuk tabulampot, menurut buku ini adalah jenis pohon lengkeng dataran rendah. Jenis lengkeng dataran rendah adalah diamond river, pingpong, kristal, itoh, aroma duren, dan puang rai. Pemilihan bibit untuk tabulampot sebaiknya dipilih yang dikembang biakkan secara vegetatif seperti cangkok, okulasi dan sambung, dengan tujuan agar tanaman lebih cepat berbuah.
Langkah-langkah menanam lengkeng didalam pot adalah:
1. Siapkan pot plastik berdiameter 45-50 cm. Pastikan ada beberapa lubang di bagian bawahnya
2. Letakkan pecahan genting atau bata merah setebal 5 cm di dasar pot, tujuannya agar dapat mengalirkan air siraman
3. Masukkan campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir atau sekam mentah dengan perbandingan 1 : 2 : 1 hingga ketinggian setengah pot. (maksudnya jika tanahnya 1 sekop, maka pupuk kandangnya 2 sekop dan pasir atau sekam mentahnya 1 sekop)
4. Masukkan bibit pohon lengkeng tepat ditengah pot, lalu tambahkan kembali media tanam hingga mendekati bibir pot.
5. Siram dengan air hingga air keluar dari dasar pot. selanjutnya, letakkan tanaman lengkeng di tempat yang ternaungi atau teduh selama beberapa waktu.
Setelah tanaman lengkeng dipindahkan dalam pot, langkah selanjutnya adalah perawatan harian yang meliputi penyiraman, pemupukkan, pencahayaan, atau pemangkasan apabila jika pohon sudah mulai besar dan siap berbuah. Selain itu penggantian media tanam juga perlu dilakukan setiap setahun satu kali, hal ini bertujuan agar tanaman lengkeng tetap produkif karena mendapatkan nutrisi dari media tanam yang baru. Penggantian media tanam tidak seluruhnya, akan tetapi disisakan media tanam yang sebelumnya untuk ditambah dengan media tanam yang baru.
Sepertinya saya perlu menambah koleksi tabulampot yang ada dengan pohon lengkeng. Lumayankan selain mendapatkan buah yang lezat, halaman rumah kita juga menjadi lebih asri dan lebih hijau.
Sumber : http://www.serbacinta.com/2012/03/cara-menanam-lengkeng-menggunakan-pot.html
Salah satu isi buku tersebut membahas tentang tata cara menanam pohon lengkeng di dalam pot atau tabulampot. Buah lengkeng sangat digemari oleh banyak orang karena rasanya yang manis dan juga memiliki aroma tertentu yang membuat semakin nikmat rasanya. Daging buah lengkeng ada yang tebal ada juga yang tipis alias lebih besar biji. Pohon lengkeng tergolong tidak terlalu tinggi namun memiliki daun yang lebat. Buah dari tanaman ini biasanya berada diujung ranting. (alhamdulillah hujan turun disela-sela saya menulis blog ini, kebetulan tadi pagi habis memangkas daun dan batang pohon stroberi yang kurang bagus dan terlihat kering, selain itu daun pohon jambu bol jamaica yang terserang hama juga saya pangkas, semoga dengan turunnya hujan ini menjadikan kedua pohon tersebut segar kembali, aamiin).
Tanaman lengkeng yang cocok untuk tabulampot, menurut buku ini adalah jenis pohon lengkeng dataran rendah. Jenis lengkeng dataran rendah adalah diamond river, pingpong, kristal, itoh, aroma duren, dan puang rai. Pemilihan bibit untuk tabulampot sebaiknya dipilih yang dikembang biakkan secara vegetatif seperti cangkok, okulasi dan sambung, dengan tujuan agar tanaman lebih cepat berbuah.
Langkah-langkah menanam lengkeng didalam pot adalah:
1. Siapkan pot plastik berdiameter 45-50 cm. Pastikan ada beberapa lubang di bagian bawahnya
2. Letakkan pecahan genting atau bata merah setebal 5 cm di dasar pot, tujuannya agar dapat mengalirkan air siraman
3. Masukkan campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir atau sekam mentah dengan perbandingan 1 : 2 : 1 hingga ketinggian setengah pot. (maksudnya jika tanahnya 1 sekop, maka pupuk kandangnya 2 sekop dan pasir atau sekam mentahnya 1 sekop)
4. Masukkan bibit pohon lengkeng tepat ditengah pot, lalu tambahkan kembali media tanam hingga mendekati bibir pot.
5. Siram dengan air hingga air keluar dari dasar pot. selanjutnya, letakkan tanaman lengkeng di tempat yang ternaungi atau teduh selama beberapa waktu.
Setelah tanaman lengkeng dipindahkan dalam pot, langkah selanjutnya adalah perawatan harian yang meliputi penyiraman, pemupukkan, pencahayaan, atau pemangkasan apabila jika pohon sudah mulai besar dan siap berbuah. Selain itu penggantian media tanam juga perlu dilakukan setiap setahun satu kali, hal ini bertujuan agar tanaman lengkeng tetap produkif karena mendapatkan nutrisi dari media tanam yang baru. Penggantian media tanam tidak seluruhnya, akan tetapi disisakan media tanam yang sebelumnya untuk ditambah dengan media tanam yang baru.
Sepertinya saya perlu menambah koleksi tabulampot yang ada dengan pohon lengkeng. Lumayankan selain mendapatkan buah yang lezat, halaman rumah kita juga menjadi lebih asri dan lebih hijau.
Sumber : http://www.serbacinta.com/2012/03/cara-menanam-lengkeng-menggunakan-pot.html
Jumat, 21 Desember 2012
Budidaya Buah Kelengkeng Untung Cepat Diraup
Keterbatasan lahan bukan lagi kendala dalam menjalankan bisnis pembibitan buah. Lahan sempit di sekitar rumah pun dapat dimanfaatkan. Contohnya Prastiyanto, meski pekarangan miliknya tak luas, ia sukses menjalankan bisnis budidaya buah kelengkeng, di antaranya dengan metode tabulampot.
Tanaman buah dalam pot atau tabulampot kian diminati masyarakat seiring semakin menyempitnya lahan pekarangan. Terutama masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun di lingkungan perumahan. Pohonnya yang tidak terlalu tinggi dan perawatannya yang mudah namun dapat berbuah lebat menjadi salah satu daya pikat. Dan peluang inilah yang di coba dimanfaatkan Prastiyanto.
Pak Pras, begitu panggilan akrabnya, memulai usaha pembibitan buah kelengkeng pada tahun 2006. Prastiyanto yang awalnya juga beranggapan pohon kelengkeng tidak bisa berbuah bila ditanam di lahan sempit dan panas, apalagi nantinya tidak ada pohon yang dapat membuahi, kemudian melakukan pembibitan. Ia yakin langkahnya pasti akan mendatangkan keuntungan.
“Dengan tabulampot kita dapat memanfaatkan lahan pekarangan secara maksimal bahkan dapat menambah pendapatan keluarga. Saya juga memprediksi masyarakat bisa hidup dari penghasilan kelengkeng. Dan budidaya ini merupakan solusinya” tutur ayah dua anak ini.
Setidaknya ada tiga macam kelengkeng yang kini dibudidayakan Prastiyanto, yaitu kelengkeng pingpong, aroma durian serta diamond river. Bibit yang dikembangkan, akan mulai berbuah saat umurnya menginjak dua tahun. Dengan pemberian nutrisi atau pemupukan, berupa pupuk kandang, yang teratur pohon kelengkeng akan selalu berbuah tiap tahun. Bahkan pada saat tertentu mampu berbuah hingga dua kali setahun.
“Setelah berbuah sebaiknya dilakukan pemangkasan, sehingga di musim buah berikutnya akan semakin lebat. Ketiga jenis kelengkeng ini bisa berbuah walau hanya satu pohon karena memiliki sistem pembuahan serumah dalam satu bunga. Yakni jantan dan betina sekaligus. Saat menjadi bakal buah, dua-duanya akan membesar tetapi salah satunya akan kalah atau jatuh”sambungnya.
Pak Pras menambahkan, untuk mengenali jenis pohon kelengkeng dapat dibedakan melalui bentuk daun. Daun kelengkeng jenis pingpong memiliki ciri berdaun telungkup ke bawah. Sedangkan aroma durian tengah daunnya tampak berkerat. Sementara kelengkeng diamond river daunnya lebih lebar menjuntai mirip telinga kambing etawa.
Prastiyanto yang sepenuhnya mengantungkan penghasilan dari budidaya kelengkeng dalam setiap bulan mampu menjual bibit kelengkeng sebanyak 50 batang, rata-rata berukuran polibag. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 40.000,- hingga Rp 800.000,- tergantung pada usia dan jumlah pengambilan atau pembelian.
Hasil budidaya pembibitan inipun telah dipasarkan hampir seluruh kota besar di Indonesia. Mulai dari Sumatera, Kalimantan hingga Papua. Sementara itu teknik pembibitan yang dilakukan Pratiyanto yaitu dengan cara sambung susuan, sambung mata serta cangkok. “Sistem cangkok ini sebenarnya rugi karena hanya menghasilkan sedikit bibit. Bila dengan sambung susuan dapat menghasilkan 5-10 batang, dengan cangkok cuma satu batang” ujarnya.
Bagi-bagi bibit
Terhitung pertengahan 2011 ini Prastiyanto mengembangkan lahan pembibitannya di desa Gedongan Piyungan seluas 150 m2. Selain itu ia juga memberdayakan warga sekitar agar mau memanfaatkan lahan pekarangan guna budidaya kelengkeng. “Saya bercita-cita masyarakat dapat penghasilan tambahan dengan menanam pohon kelengkeng. Sebanyak 25 batang telah saya bagikan secara gratis, di tahap pertama. Berikutnya semua warga, sebanyak 80 KK juga akan mendapatkan. Sehingga nantinya satu kampung akan menanam atau memiliki pohon kelengkeng yang ke depannya dapat dijadikan des a wisata kelengkeng” harapnya.
Pras juga menceritakan awal memperkenalkan budidaya kelengkeng di tempat barunya juga mendapat penolakan. Warga masih belum percaya pohon kelengkeng dapat berbuah bila ditanam di dataran rendah seperti desa Gedongan, Piyungan. Terlebih hingga saat ini belum ada contoh atau bukti keberhasilan budidaya kelengkeng di sekitar Gedongan. Ia yakin lambat laun desa Gedongan akan menjadi sentra buah Klengkeng. “Di perbatasan desa ini, yakni Krasakan Jogotirto Berbah sudah menjadi desa buah jambu Dalhari. Di tahun mendatang Gedongan bisa dijadikan desa kelengkeng” pungkas Prastiyanto.
Sumber : http://budidayanews.blogspot.com/2011/06/budidaya-kelengkeng-untung-cepat-diraup.html
Kamis, 20 Desember 2012
Mengenal Tanaman Jahe Merah
Jahe merupakan salah satu tanaman obat yang dalam termasuk kelompok tanaman temu-temuan atau tumbuhan rumpun berbatang semu atau berimpang. Jahe memang sering digunakan untuk bahan rempah dalam menambah rasa dalam berbagai jenis makanan, minuman namun jahe juga banyak digunakan sebagai bahan campuran dalam membuat jamu olahan atau obat-obatan tertentu.
Jahe disinyalir berasak dari Asia pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karenanya kedua negara ini dianggap sebagai negara yang kali pertama memanfaatkan jahe sebagai bahan campuran dalam minuman, bumbu masak dan obat-obat tradisional.
Jahe merah masih dapat dikatakan termasuk dalam tanaman kelompok family tanaman seperti temulawak (Curcuma Xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galaga), lengkuas (Languas galaga) dll.
Jahe juga memiliki nama daerah di tiap daerah di Indonesia, seperti :
1. Aceh : Halia
2. Gayo : beeuing
3. Batak Karo : bahing
4. Minangkabau : sipodeh
5. Lampung : jahi
6. Jawa Barat : jahe
7. Jawa Tengah dan Bali : jae
8. Madura : jhai
9. Gorontalo : melito
10. Ternate : geraka
Klasifikasi tanaman jahe merah :
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
Ciri-ciri dari tanaman jahe merah :
1. Tanaman jahe merah memiliki batang semu, dengan ketinggian tanaman mencapai 30 cm – 1 m dengan rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga.
2. Daun dari tanaman jahe merah berdaun sempit, dengan panjang daun 15-23 mm dan lebar 8-15 mm, tangkai daun berbulu memiliki panjang 2-4 mm, bentuk lidah daun memanjang dengan panjang 7,5-10 mm ada yang tidak berbulu dan berseludang agak berbulu.
3. Memiliki bunga yang menyerupai malai tersembul di permukaan tanah yang berbentuk tongkat atau bundar telur yang agak menyempit yang berukuran 2,75-3 kali lebarnya yang sangat tajam, malai memiliki panjang 3,5-5 cm dan lebar 1,5-1,75 cm, gagang bunga hampir tidak berbulu dengan panjang 25 cm, rahis berbulu jarang, sisik yang terdapat gagang terdapat 5-7 buah berbentuk lanset yang letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu. Memiliki panjang sisik 3-5 cm, memiliki daun pelindung yang berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada bagian ujungnya hampir tidak berbulu dan berwarna hijau cerah dengan panjang 2,5 cm dan lebar 1-1,75 cm.
4. Memiliki mahkota bunga yang berbentuk tabung 2-2,5 cm, mahkota bunga memiliki helaian bunga yang agak smpit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan dengan panjang mahkota bunga 1,5 – 2,5 mm dan lebar 3-3,5 mm bibir pada mahkota bunga berwarna ungu gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan dengan panjang 12-15 mm, kepala sari berwarna ungu dengan panjang 9 mm dan memiliki 2 tangkai putik.
5. Tanaman jahe dapat tumbuh pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.
6. Tumbuh dengan tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
7. Tumbuh pada tanah yang memiliki keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4.
8. Jahe merah dapat tumbuh baik pada daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 mdpl, namun di Indonesia tanaman jahe merah tumbuh pada ketinggian 200-600 mdpl.
Tanaman herbal jahe merah ini banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mudah tumbuh di perkarangan dan kebun. Selain di Indonesia tanaman herbal jahe merah kini sudah banyak dibudi dayakan di beberapa negara seperti Australia, Srilanka, China, Mesir, Yunani, India, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan dan beberapa negara belahan dunia lainnya. Jamaika memiliki jahe dengan kualitas tinggi dan saat ini India merupakan produsen jahe terbesar lebih dari 50 % dari total produksi jahe di dunia.
Jahe memiliki 3 jenis tanaman yang berbeda namun masih termasuk family dari tanaman jahe yang dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya yang umumnya dikenal menjadi 3 jenis jahe, yakni :
1. Jahe putih / kuning besar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jahe Gajah atau Jahe Badak yang memiliki rimpang lebih besar dan gemuk, ruas rimpang lebih menggembung dari jenis jahe lainnya. Jenis jahe ini dapat dipanen ketika jahe berumur muda maupun berumur tua dan sangat baik diolah menjadi minuman langsung jahe segar atau diolah menjadi beberapa macam olahan minuman atau obat-obatan.
2. Jahe putih / kuning kecil atau yang lazim disebut sebagai Jahe Sunti atau Jahe Emprit yang memiliki perbedaan tipis dengan ciri tanaman atau tumbuhan dari jahe gajah, yakni memiliki ruas kecil, agak merata dan agak sedikit menggembung. Jahe merah kecil ini dapat dipanen ketika berusia tua. Namun kandugan akan minyak atsiri dari jahe sunti ini lebih besar daripada jahe gajah sehingga jahe sunti memiliki rasa jahe yang lebih pedas dan memiliki serat tinggi daripada jahe gajah. Jahe Sunti atau jahe emprit cocok untuk dibuat ramuan atau resep obat-obatan atau untuk diolah dan diubah menjadi ekstrak Oleoresin dan minyak atsirinya.
3. Jahe merah. Jahe merah memiliki rimpang berwarna merah dan lebih kecil daripada jenis jahe yang sebelumnya. Jahe merah dapat dipanen ketika tanaman sudah tua karena akan semakin banyak menghasilkan kandungan minyak atsiri dibanding dengan kedua jenis jahe diatas. Kegunaan jahe merah dapat diolah menjadi sajian minuman yang menghangatkan tubuh, minuman segar, minuman dalam bentuk bubuk, obat-obatan dalam bentuk kapsul atau pil, campuran dalam beberapa jenis makanan dll.
Sumber : http://jahemerah.org/jahe-merah/
Rabu, 19 Desember 2012
Memelihara Ikan Louhan
Ikan louhan ( Flowerhorn ) bagi sebagian orang merupakan ikan pembawa Hoki. Bagi siapa saja yang memelihara dan memilikinya diyakini akan mendatangkan keberuntugan. Anggapan sebagai Ikan Hoki merupakan keyakinan yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat tertentu. Namun demikian secara hitung-hitungan bisnispun sebenarnya ikan Louhan adalah suatu komoditas bisnis yang teramat sangat mejanjikan. Maka dari itu perlu diketahui bagaimana membudidayakan ikan louhan secara baik dan benar. Ikan Louhan yang dicirikan dengan benjolan di kepala, sering diistilahkan jenong atau nonong, warna warni di tubuhnya serta adanya huruf cina atau huruf arab di di bagian tubuhnya. Disebut juga flower horn karena warna tubuhnya yang warna-warni bagai bunga, dan benjolan di kepala bagai sebuah tanduk.
Asal Mula Louhan
Progam pengembangbiakan telah dimulai sejak tahun 1993. Orang Malaysia terutama banyak yang mengagumi ikan dengan kepala menonjol, yang dikenal sebagai Karoi atau “kapal perang”, ditemukan di bagian barat negara mereka. Dahi sedikit menonjol dan ekor panjang ikan ini berharga untuk para peminat masyarakat Taiwan sebagai tanda pembawa keberuntungan dalam geomansi. Pada tahun 1994, iblis merah Cichlid (genus Amphilophus) yang diimpor dari Amerika Tengah ke Malaysia dan hasil hibrida parrot cichlid yang diimpor dari Taiwan ke Malaysia dan dibesarkan ikan ini secara bersamaan, menandai kelahiran ikan lou han tersebut.
Pada tahun 1995, perkawinan persilangan diadakan lebih lanjut dengan Human Face Red God of Fortune, yang menghasilkan jenis baru yang disebut Five-Colors God of Fortune. Karena warnanya yang indah, ikan ini menjadi cepat populer. Penyempurnaaan secara selektif terus berlanjut hingga tahun 1998, ketika Seven-Colors Blue Fiery Mouth (yang juga disebut sebagai Greenish Gold Tiger) yang diimpor dari Amerika Tengah, dan hasil perkawinan silangnya dengan Jin Gang Blood Parrot dari Taiwan. Pembelesteran ini akhirnya menghasilkan generasi pertama hibrida flowerhorn Hua Luo Han, yang kemudian diikuti dengan perkenalan flowerhorn berikutnya.
Kedatangan di Dunia Barat
Ketika flowerhorn pertama kali diimpor ke Amerika Serikat, hanya ada dua jenis ikan ini yang distribusi, flowerhorn dan Golden Base. Maka dari itu datanglah dua varietas, mereka dengan mutiara (bintik-bintik perak putih pada kulit) dan yang tidak. Golden Base juga memiliki dua varietas, mereka yang pudar dan yang tidak. Di antara segala jenis flowerhorn, yang tanpa mutiara dengan cepat disusul popularitasnya oleh mereka yang mempunyai mutiara, menjadi skala flowerhorns mutiara, atau Zhen Zhu. Dengan Golden Base, yang dikembangkan kulit menjadi keemasan yang menarik ditempatkan pada flowerhorn kulit abu-abu itu.
Pada tahun 1999, ada empat jenis flowerhorn yang tersedia di pasar Amerika: flowerhorn biasa, flowerhorn skala mutiara, flowerhorn emas, dan fader. Peternak komersial pengkembang biak, dan ikan yang dipilih untuk penampilan tanpa memperhatikan terminologi. Akibatnya, nama menjadi sesuatu yang membingungkan dan jenis keturunan menjadi sulit dilacak.
Sekitar 2000-2001, berbagai Kamfa muncul. Ini adalah hibrida dari setiap jenis flowerhorn yang disilangkan dengan spesies dari genus Vieja atau dengan Parrot Cichlid jenis apapun. Ini membawa beberapa sifat baru, seperti mulut pendek, ekor terbungkus, mata cekung, dan gundukan yang semakin besar di bagian kepala. Melihat ini, mereka yang membesarkan di Zhen Zhus baik itu peternakan ikan untuk mengembangkan lebih cepat dan menjadi lebih berwarna, untuk bersaing dengan jenis Kamfa.
Jenis
Berdasarkan jenisnya, ikan Louhan dibagi menjadi 6 jenis:
1. CHINWA
2. CENCU
3. FLY MARKING
4. GOLDEN BEST
5. CLASSIC
6. FREE HEAD
Perawatan
Flowerhorn Cichlid diharuskan untuk disimpan pada suhu air 80-85 °F, dan pH kurang dari 7.4-8.0. Mereka membutuhkan tangki minimum sekitar 20-30 galon untuk tumbuh. Jika agresif dan teritorial, dua atau lebih flowerhorn biasanya tidak disimpan secara berkelompok, tetapi isi tangki mereka dapat dibagi dengan membagi akrilik atau krat telur.
Aquarium untuk memelihara louhan
Aquarium sebaiknya disesuaikan dengan dengan ukuran louhan sebagai perbandingan, untuk louhan berukuran 40-50cm sebaiknya ukuran aquarium adalah 200x170x80cm. Aquarium yang baik untuk louhan harus dilengkapi : Aerator dan Filter, Heater, Tempat Persembunyian, Bebatuan, Tanaman Air dan Pencahayaan yang cukup.
Kiat Memilih Louhan
Ciri-ciri Louhan berkualitas baik :
* Sirip atas bawah dan ekor seimbang
* Bintik hitam tegas dari pangkal ekor sampai insang
* Lingkaran warna perak keemasan metalik melingkari bintik hitam
* Tampak bintik mutiara hampir di seluruh badan
* Warna dasar tubuh merah cerah dan kuning cerah
* Sirip dan ekor merekah melebar dan utuh
* Nongnong di kepala tampak proporsional
* Mata merah satu lingkaran penuh
Pakan Untuk Louhan
Makanan alami dan makanan buatan. Makanan alami terdiri dari : Artemia, Kutu Air, Jentik Nyamuk, Cacing Rambut dan Sutra, Cacing Darah, Cacing Tanah dan Udang. Makanan Buatan berupa pelet khusus Louhan dapat diberikan berselingan dengan Cacing atau Udang.
Mengatasi Penyakit/Hama
Penyakit yang sering menyerang Louhan adalah penyakit jamur, gejala yang tampak pada tubuh louhan adalah tubuh seperti diselimuti benang halus.
Cara mengatasi penyakit ini adalah :
* Hindari Ikan terluka
* Merendam Lohan kedalam larutan Malachite Green Oxalat dengan perbandingan 3g untuk 1 kubik air. Ikan direndam kurang lebih 30 menit
* Setelah selesai maka masukkan louhan kedalam aquarium yang telah dibersihkan dan diganti dengan air baru.
Klasifikasi ilmiah
* Kerajaan: Animalia
* Filum: Chordata
* Kelas: Actinopterygii
* Ordo: Perciformes
* Famili: Cichlidae
* Genus: Amphilophus
* Spesies: A. trimaculatus
* Nama binomial: Amphilophus trimaculatus
Kritik
Kritik juga telah terdengar mengenai flowerhorn, yang sebenarnya merupakan ikan buatan manusia, ke dalam taksa ikan, yang disediakan untuk identifikasi spesies yang ditemukan di alam. Praktek ini dapat membuat identifikasi cichlid semakin sulit. Pembiakan dengan garis keturunan yang murni spesies Cichlid telah terjadi di sejumlah cichlid yang umumnya disimpan untuk tujuan hobi, risiko kerugian adalah tentang material genetik.
Pengembangbiakan Flowerhorn juga memberikan kontribusi akan permintaan komersial untuk pembuatan ikan jenis baru dan berbeda yang mungkin dapat menyebabkan praktek yang dipertanyakan serta diragukan seperti peternakan untuk kelainan bentuk anatomi (seperti yang terjadi di peternakan ikan mas).
Flowerhorn telah dikritik oleh beberapa penggemar Cichlid dan pemerhati lingkungan untuk sejumlah alasan. Minat flowerhorn mengakibatkan pemusnahan surplus dan cacat ikan, beberapa yang dibuang di alam liar di Malaysia dan Singapura, di mana mereka mudah beradaptasi dan mengganggu ekosistem sungai dan kolam. Seperti cichlids lainnya, flowerhorn bersifat agresif dan dapat berkembang biak dengan cepat, bersaing dan memangsa ikan asli.
Read more: http://www.zonaikan.com/2012/11/ikan-louhan.html
Selasa, 18 Desember 2012
IKan Belida Mulai Diburu Sebagai Ikan Hias
Lima tahun menekuni usaha penjualan ikan kaki lima di kawasan Pasar Burung di Beringin Janggut, Pasar 16 Ilir Palembang sudah cukup, bagi Amin, 24 untuk mengenal segala seluk beluk ikan sungai,termasuk ikan langka Belida.
Walaupun memiliki postur tubuh dan motif sederhana, belakangan ikan belida mulai dicari pembeli untuk dijadikan sebagai ikan penghias aquarium.
“Jualnya mudah, sekarang banyak yang cari buat jadi ikan hias. Karena itu tadi, sudah mulai langka dan susah dicari,” jelas dia.
Dibandingkan dengan ikan hias sungai lainnya seperti ikan betutu, dan ikan tiger fish, bentuk dan corak belida,menurutAmin,sangat sederhana. Berbentuk tipis dengan permukaan punggung menonjol, dan berwarna hitam sedikit pekat sekilas ikan ini tidak begitu istimewa.
Apalagi sifatnya juga cenderung diam di dasar aquarium dan tidak lincah seperti ikan lainnya. Namun demikian, belida diakuinya kini masuk dalam daftar ikan hias sungai yang mahal.Kelangkaan populasinya membuat harga ikan belida dijual dengan harga yang lumayan tinggi. Tengok saja, belida kecil berusia 2-3 minggu dengan panjang kurang dari 01 cm yang ada di dalam aquarium lapaknya.
Dihargai hingga Rp30.000 per ekor. Tak heran jika ikan belida berukuran seberat 3kg, yang pernah didapatnya dari pemasok langsung disikat pembeli meski dihargai hingga Rp850.000.
“Sekarang dapatnya sedikit, paling 4-7 ekor. Kalau ramai 2-3 hari, ikan itu habis dibeli orang. Macem-macem, ada pembeli dari Jambi ada juga yang dari Jakarta,” ujar Amin.
Pembeli itu rata-rata tertarik mengoleksi belida jadi ikan hias, karena sudah tahu belida mulai langka dan susah ditemukan.
Selain itu, belida juga termasuk ikan yang mampu survive dalam tempo waktu yang lama.Apalagi jika dirawat dengan seksama dan teliti, umurnya bisa panjang mencapai puluhan tahun. Selain berwarna hitam gelap, belida yang biasa dijualnya ini juga ada yang berwarna putih. Meski terkadang banyak pasokan ikan belida Thailand, Amin mengatakan, ikan belida Palembang tetap menjadi primadona penggemar hewan air tawar. Belida Palembang memiliki karakteristik yang berbeda.
Belida cenderung bisa memiliki ukuran tubuh hingga puluhan kilogram, berbeda dengan belida Thailand yang rata-rata hanya 1 kilogram. Perbedaan ketahanan fisiknya juga berbanding jauh.
“Lebih enak jual belida Palembang, airnya cukup dikasih garam sedikit belida bisa tahan berbulan-bulan di aquarium. Lain dengan belida Thailand,” ujar dia.
Selain generasinya yang terus berkurang, memelihara ikan ini juga diakuinya sangat mudah, cukup diberi makan dua kali sehari pagi dan sore, belida bisa menghias aquarium dengan bentuknya yang sederhana namun unik.
Anak udang kecil yang segar adalah santapan favoritnya, selain anak-anak ikan yang masih kecil bagi ikan endemis Sungai Musi tersebut.
“Yang beli banyak sekali, soalnya mereka mulai penasaran. Termasuk orang Palembang sendiri, mereka mengaku banyak belum pernah lihat belida secara langsung. Jadi pas lihat langsung tertarik untuk koleksi,” pungkas dia.
Sumber : http://budidaya-ikan.com/ikan-belida-mulai-diburu-sebagai-ikan-hias/
Walaupun memiliki postur tubuh dan motif sederhana, belakangan ikan belida mulai dicari pembeli untuk dijadikan sebagai ikan penghias aquarium.
“Jualnya mudah, sekarang banyak yang cari buat jadi ikan hias. Karena itu tadi, sudah mulai langka dan susah dicari,” jelas dia.
Dibandingkan dengan ikan hias sungai lainnya seperti ikan betutu, dan ikan tiger fish, bentuk dan corak belida,menurutAmin,sangat sederhana. Berbentuk tipis dengan permukaan punggung menonjol, dan berwarna hitam sedikit pekat sekilas ikan ini tidak begitu istimewa.
Apalagi sifatnya juga cenderung diam di dasar aquarium dan tidak lincah seperti ikan lainnya. Namun demikian, belida diakuinya kini masuk dalam daftar ikan hias sungai yang mahal.Kelangkaan populasinya membuat harga ikan belida dijual dengan harga yang lumayan tinggi. Tengok saja, belida kecil berusia 2-3 minggu dengan panjang kurang dari 01 cm yang ada di dalam aquarium lapaknya.
Dihargai hingga Rp30.000 per ekor. Tak heran jika ikan belida berukuran seberat 3kg, yang pernah didapatnya dari pemasok langsung disikat pembeli meski dihargai hingga Rp850.000.
“Sekarang dapatnya sedikit, paling 4-7 ekor. Kalau ramai 2-3 hari, ikan itu habis dibeli orang. Macem-macem, ada pembeli dari Jambi ada juga yang dari Jakarta,” ujar Amin.
Pembeli itu rata-rata tertarik mengoleksi belida jadi ikan hias, karena sudah tahu belida mulai langka dan susah ditemukan.
Selain itu, belida juga termasuk ikan yang mampu survive dalam tempo waktu yang lama.Apalagi jika dirawat dengan seksama dan teliti, umurnya bisa panjang mencapai puluhan tahun. Selain berwarna hitam gelap, belida yang biasa dijualnya ini juga ada yang berwarna putih. Meski terkadang banyak pasokan ikan belida Thailand, Amin mengatakan, ikan belida Palembang tetap menjadi primadona penggemar hewan air tawar. Belida Palembang memiliki karakteristik yang berbeda.
Belida cenderung bisa memiliki ukuran tubuh hingga puluhan kilogram, berbeda dengan belida Thailand yang rata-rata hanya 1 kilogram. Perbedaan ketahanan fisiknya juga berbanding jauh.
“Lebih enak jual belida Palembang, airnya cukup dikasih garam sedikit belida bisa tahan berbulan-bulan di aquarium. Lain dengan belida Thailand,” ujar dia.
Selain generasinya yang terus berkurang, memelihara ikan ini juga diakuinya sangat mudah, cukup diberi makan dua kali sehari pagi dan sore, belida bisa menghias aquarium dengan bentuknya yang sederhana namun unik.
Anak udang kecil yang segar adalah santapan favoritnya, selain anak-anak ikan yang masih kecil bagi ikan endemis Sungai Musi tersebut.
“Yang beli banyak sekali, soalnya mereka mulai penasaran. Termasuk orang Palembang sendiri, mereka mengaku banyak belum pernah lihat belida secara langsung. Jadi pas lihat langsung tertarik untuk koleksi,” pungkas dia.
Sumber : http://budidaya-ikan.com/ikan-belida-mulai-diburu-sebagai-ikan-hias/
Senin, 17 Desember 2012
Lion Fish – Cantik Namun Mematikan
Populasi ikan cantik warna marun tapi beracun merebak di perairan Karibia, bahkan sampai menggeser spesies setempat. Ikan berduri bernama lionfish alias ikan singa ini kerap menyengat para penyelam. Padahal ikan ini aslinya berasal dari lautan tropis Hindia dan Pasifik. Diduga mereka melarikan diri dari tanki ikan Florida dan menyebar ke Kuba, hingga kepulauan Cayman, tujuan utama para penyelam.
Keberadaan lionfish ini cukup mengkawatirkan para pakar ekologi laut, sebab mereka lumayan memusnahkan spesies asli lainnya. Seekor lionsfh bisa menghasbiskan 20 ekor ikan kecil dalam tempo 30 menit. “Belum ada cara untuk menghentikan invasi ini,” ujar Mark Hixon, pakar ekologi laut Oregon State University.
Selain beracun, ikan ini juga membunuh mangsa atau musuhnya dengan duri panjang di sekitar tubuhnya. Kasus serupa juga terjadi di Afrika, ikan Nile Perch sudah memusnahkan lebih dari 200 spesies ikan langka. Menurut World Conservation Union, kasus itu masuk dalam 100 daftar invasi spesies terburuk di dunia.
Ikan singa beracun selama ini terkonsentradi di Bahama, dimana mereka juga memangsa semua anak-anak ikan. Ilmuwan yakin bahwa ikan ganas ini pertamakali terbawa ke Atlantika pada tahun 1992 saat terjadi topan Andrew. Spesies ini tidak secara agresif menyerang manusia, namun sekali menggigit maka racunnya sangat fatal. Ikan sepanjang 18 inci ini bergerak secara perlahan dan suka di kedalaman laut. Maka yang paling berpotensi terkena racunnya adalah para penyelam.
Sumber : http://enggifamelloestrada.wordpress.com/2010/04/28/lion-fish-cantik-namun-mematikan/
Keberadaan lionfish ini cukup mengkawatirkan para pakar ekologi laut, sebab mereka lumayan memusnahkan spesies asli lainnya. Seekor lionsfh bisa menghasbiskan 20 ekor ikan kecil dalam tempo 30 menit. “Belum ada cara untuk menghentikan invasi ini,” ujar Mark Hixon, pakar ekologi laut Oregon State University.
Selain beracun, ikan ini juga membunuh mangsa atau musuhnya dengan duri panjang di sekitar tubuhnya. Kasus serupa juga terjadi di Afrika, ikan Nile Perch sudah memusnahkan lebih dari 200 spesies ikan langka. Menurut World Conservation Union, kasus itu masuk dalam 100 daftar invasi spesies terburuk di dunia.
Ikan singa beracun selama ini terkonsentradi di Bahama, dimana mereka juga memangsa semua anak-anak ikan. Ilmuwan yakin bahwa ikan ganas ini pertamakali terbawa ke Atlantika pada tahun 1992 saat terjadi topan Andrew. Spesies ini tidak secara agresif menyerang manusia, namun sekali menggigit maka racunnya sangat fatal. Ikan sepanjang 18 inci ini bergerak secara perlahan dan suka di kedalaman laut. Maka yang paling berpotensi terkena racunnya adalah para penyelam.
Sumber : http://enggifamelloestrada.wordpress.com/2010/04/28/lion-fish-cantik-namun-mematikan/
Langganan:
Postingan (Atom)