Minggu, 27 Januari 2013

Budidaya Cacing Sutra

Cacing sutra merupakan hewan yang banya dicari oleh penggemar ikan hias dan para pembenih ikan. Kandungan gizi cacing sutra yang terdiri dari 57% protein dan 13% lemak menjadikan benih ikan tumbuh lebih cepat jika dibandingkan makanan buatan. Selain itu cacing sutra juga dipercaya dapat meningkatkan kualitas warna pada pada berbagai macam ikan hias. Dibandingkan dengan artemia harga cacing sutra lebih murah sehingga menjadi pilihan bagi pembibitan ikan. Peluang usaha budidaya cacing sutra ini terbuka lebar , mengingat sebagian besar pasokan cacing sutra adalah dari tankapan alam. Pada musim penghujan cacing sutra sangat sulit ditemukan di alam.

Usaha budidaya cacing sutra ini sebenarnya dilakukan untuk menjawab permintaan pasar yang masih sangat kurang persedianya. Jika cacing sutra bisa dibudidayakan secara maksimal, maka usaha pembenihan ikan tidak perlu susah-susah mencari cacing sutra yang langka. Untuk pemasaran cacing sutra biasanya dijual dalam bentuk fresh dan bisa dijual dalam bentuk cacing beku. Penjualan cacing sutra dalam bentuk beku akan meminimalkan resiko tercampur mikroorganisme berbahaya bagi ikan dan bisa awet disimpan dalam jangka waktu lama.

Habitat Hidup Cacing Sutra

Hal penting yang perlu difahami dalam usaha budidaya cacing sutra adalah mengenali habitat hidup asli cacing sutra. Cacing sutra banyak ditemukan pada selokan, parit, saluran air dan tempat-tempat sejenis itu yang mengandung bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini biasanya berasal dari limbah rumah tangga, limbah pasar yang mengalir ke saluran pembuangan.

Cacing sutra akan hidup dan berkembang dengan baik pada lokasi tersebut dalam kondisi air yang tergenang namun tidak mengalir dengan deras. Pada media yang memiliki kandungan oksigen terlarut 2-5 ppm, Cacing sutra akan berkembang dengan cepat. Selain itu kondisi yang diperlukan adalah kandungan amonia.

Langkah Usaha Budidaya Cacing Sutra

Usaha Budidaya cacing sutra bisa dilakukan dengan mengunakan bak semen, bak terpal atau media yang lain. Yang penting cacing sutra tidak bisa meninggalkan tempat untuk budidaya. Untuk ukuran bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Tempat untuk budidaya cacing sutra diberi air dan lumpur yang halus, diusahakan yang memiliki kandungan makanan bagi cacing sutra yang cukup. Media ini bisa diisi dengan limbah kolam lele atau kotoran ayam yang sudah difermentasi atau bahan lain yang sudah sarat dengan bahan-bahan organik yang diperlukan cacing sutra.



Setelah media budidaya dimasukkan lalu diaduk-aduk hingga semua bercampur.Langkah selanjutnya adalah pengendapan selama 3-5 hari. Pastikan setelah lumpur mengendap, permukaan lumpur rata, jika belum rata , diratakan dengan alat atau kayu. Setelah lumpur mengendap dan permukaan rata, upayakan ketinggian air dari permukaan lumpur sekitar 5-10 cm.

Setelah media untuk budidaya cacing sutra siap dan lumpur halus, langkah selanjutnya adalah penebaran benih cacing sutra. Yang penting diperhatikan dalam penebaran ini adalah kepadatan tebar indukan cacing sutra. Kepadatannya kira-kira 1 liter induk cacing sutra ditebarkan pada 30m2 kolam untuk budidaya.

Langkah selanjutnya dalah perawatan bibit cacing sutra. Selama masa perawatan cacing sutra, kolam dialiri air dengan debit yang kecil, namun ketinggian air harus dijaga pada 5-10 cm. Pada masa pemeliharaan ini perlu diulangi pemberian air buangan limbah lele atau kotoran ayam yang sudah difermentasi dengan EM4.

Pada usia penebaran 10 hari, bibit cacing sutra sudah mulai tumbuh halus dengan nampak seperti benang merah yang ada di permukaan lumpur. Cacing sutra bisa dipanen dalam waktu 2 sampai 3 bulan. Pemanenan cacing sutra juga bisa dilakukan bertahap sekaligus mengurangi kepadatan dan memberi kesempatan yang lain untuk tumbuh.

Ciri-ciri jika cacing sutra siap dipanen adalah apabila lumpur dipegang akan terasa kental. Cara memanennya adalah dengan menaikkan ketinggian air menjadi sekitar 50-60 cm. Pada kondisi ini cacing sutra akan cenderung naik sehingga mudah untuk dipanen. Waktu pemanenan adalah pagi dan sore hari saat cuaca tidak terlalu panas. Lumpur diaduk-aduk kemudian dimasukkan dalam baskom untuk selanjutnya dicuci dan dibersihkan dengan saringan.

Setelah cacing sutra dibersihkan langkah selanjutnya adalah pemberokan dengan waktu 10-12 jam. Langkah pemberokan cacing sutra ini dilakukan agar cacing sutra bebas dari mikroorganise berbahaya bagi ikan hias atau benih ikan. Setelah bersih cacing sutra siap untuk dijual.
Selamat Mencoba.

Sumber :
http://galeriukm.com/agrobisnis/budidaya-cacing-sutra

Sabtu, 26 Januari 2013

Peluang menjanjikan dari budidaya cacing sutra

Cacing sutra merupakan salah satu pakan favorit ikan, terutama ikan air tawar. Cacing ini memiliki kandungan gizi dan protein tinggi, sehingga mampu mempercepat pertumbuhan ikan.

Maraknya pengembangan budidaya ikan mendorong tingginya permintaan cacing sutra. Tak heran, banyak orang kini tertarik mengembangkan usaha budidaya cacing yang memiliki nama latin tubifex ini.

Salah seorang pebudidaya cacing sutra adalah Aris asal Yogyakarta. Ia sudah membudidayakan cacing sutra sejak tahun 2009. "Budidaya cacing sutra masih menggiurkan karena banyak permintaan dari para pebudidaya ikan," ujarnya.

Aris memiliki lima kolam budidaya cacing sutra. Masing-masing kolam memiliki ukuran 3 meter (m) x 3 m. Dalam sebulan, ia bisa memanen cacing sutra sebanyak dua kali.

Setiap panen bisa menghasilkan 180 liter hingga 300 liter cacing sutra. Cacing tersebut dijual seharga Rp 45.000 per liter. Namun, kadang harga bisa di bawah itu, tergantung harga pasar. "Harga cacing ini memang fluktuatif," ujarnya.

Aris bisa meraup omzet sekitar Rp 15 juta per bulan. Sebagian besar pelanggannya berasal dari daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

Menurut Aris, sebagian besar konsumennya merupakan para pebudidaya ikan air tawar. Kadang, ia juga kerap mendapatkan pesanan dari pemasok pakan ikan. Tapi, jumlahnya tidak setinggi permintaan dari para pebudidaya ikan.

Sukses beternak cacing sutra juga dirasakan Masturo di Jakarta. Sebelum terjun ke usaha ini, ia membudidayakan ikan lele. Dari budidaya lele inilah ia melihat tingginya permintaan cacing sutra.

Sejak itu, ia tertarik membudidakan cacing sutra. Masturo membudidayakan cacing sutra dalam tiga kolam yang masing-masing berukuran 3 meter (m) x 6 m.

Menurut Masturo, cacing sutra memiliki kandungan protein yang tinggi, yakni sekitar 52%. Protein tinggi ini mendukung pertumbuhan ikan. Bentuknya yang kecil dan halus juga cocok dikonsumsi ikan, terutama ikan air tawar.

Karena biaya perawatan yang relatif murah, Masturo menjual satu liter cacing sutra dengan harga yang murah pula. Yakni, hanya Rp 20.000 per liter. Dalam sehari, ia bisa menjual sebanyak 7 liter cacing sutra.

Maka, omzetnya saban bulan mencapai Rp 4 juta.Masturo memasarkan cacing sutra hasil budidayanya melalui media online. Kebanyakan pelanggannya berdomisili di Jakarta.

Sama seperti Aris, seluruh pelanggan Masturo merupakan pebudidaya ikan air tawar. "Mayoritas pelanggan saya dari Jabodetabek," ujarnya. Pelanggan tidak ada yang dari daerah jauh sebab cacing sutra memang tidak dikirim sampai berhari-hari.

Sumber :
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/peluang-menjanjikan-dari-budidaya-cacing-sutra-1/2012/11/21

Kamis, 24 Januari 2013

Teknis Budidaya Buah Manggis

Asal-usul tanaman mangis
Tanaman manggis berasal dari daerah semenanjung Malaysia. Pusat sumber plasma nutfah di Kalimantan timur dan Malaysia. Daerah persebarannya Myanmar, kamboja, Thailand dan Filipina.

Manggis
Nama Latin: Garcinia Mangostana L
Famili: Guttiferae

Sifat Botani
Manggis merupakan pohon hutan. Sosoknya tidak terlalu tinggi, sekitar 20 m. Mahkota daun tampak indah menyerupai setengah kerucut. Daunnya lebar dan tebal. Batang dan cabangnya umumnya tidak rata, tetapi banyak benjolan. Bunganya besar, kelopaknya tebal berwarna hijau terdiri dari 4 helai. Putiknya bercabang 4-8 yang tetap melekat pada ujung buah. Buah yang telah matang berwatna merah kecoklatan dengan bekas kepala putik, tetapi yang menjadi biji umumnya hanya 1-3 buah saja.
Setiap biji dibalut dengan daging buah yang merupakan arilod berwarna putih bersih yang segar rasanya. Setiap biji yang besar mempunyai ruas-ruas yang masing-masing mempunyai potensi untuk tumbuh.

Biji apomiksis tersebut dapat terjadi dari tiga macam sel yakni:
1).Sel telur haploid yang melipatkan diri menjadi diploid atau sel telur yang sudah diploid karena induknya tetraploid atau sel telur diploid yang melipatkan diri menjadi tetraploid.
2).Sel polar (sel fusi) yang diploid atau tetraploid tergantung induknya.
3).Sel integumentum yang membungkus biji yang bersifat diploid atau tetraploid tergantung induknya.

Kegunaan Manggis
Kayu pohon manggis tidak biasa digunakan sebagai bahan bangunan. Namun, kulitnya dapat digunakan untuk ramuan obat tradisional penyakit perut. Kulit buahnya mengandung zat kimia yang bersifat antibiotic dan dapat pula digunakan sebagai bahan membuat cat antikarat. Tumbukan kulit buah manggis bila dioleskan pada tangkai manggar (Seludang) dapat merangsang keluarnya cairan nira lebih banyak pada penyadapan kelapa, sedangkan buah manggis merupakan buah yang sangat lezat sekali untuk dikonsumsi.

Agroekologi Tanaman Manggis
Tanaman manggis dapat hidup pada dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl yang mempunyai iklim basah. Curah hujan antara 1.500-3.000 mm pertahun dan merata sepanjang tahun. Suhu udara rata-rata 20-30 derajat celcius, Ph tanah 5-7, tetapi lebih toleran pada Ph Rendah di lahan gambut. Daunnya peka sekali terhadap pancaran sinar matahari langsung. Di daerah yang iklimnya agak lembab sampai agak kering , tanaman manggis masih mampu hidup, asalkan air tanahnya agak dangkal untuk di iklim basah. Bibit yang baru dipindahkan di kebun harus diberi naungan, jika tidak hidupnya akan merana dan daunnya akan terbakar.

Perbanyakan Tanaman
Tanaman yang diperbanyak dengan biji umumnya mulai berbuah pada umur sekitar 8-15 tahun. Perbanyakan yang dianjurkan dengan enten (sambung pucuk) dan penyusuan (perbanyak vegetative). Sebagai batang bawah dilakukan semai biji manggis yang telah berumur 1-2 tahun. Sebagai batang atas digunakan pucuk tunas samping yang daunnya mulai menua. Bibit vegetative bukan dari biji, mulai berbuah umur 5-6 tahun.
Perbanyak tanaman dengan okulasi tidak dianjurkan karena tingkat keberhasilannya sangat kecil dan hasilnya rendah sekali. Perbanyak dengan kultur jaringan dari potongan biji mempunyai harapan yang baik.

Varietas Unggul Manggis
Varietas unggul manggis yang telah dilepas adalah kaligesing (purworejo). Namun karena manggis dianggap monoclonal maka pelepasan varietas unggul local yang lain masih perlu pertimbangan yang matang.

Budidaya Tanaman Manggis
Ditanam menjelang musim hujan pada lubang ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm . Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 20 kg per lubang. Bibit yang tumbuh condong perlu diberi tongkat penegak, sedangkan bibit yang baru dipindah perlu diberi naungan dengan daun kelapa atau jerami. Pupuk buatan 60 gram + 50 gram TSP + 25 gram KCl per pohon diberikan 4 kali dengan selang 3 bulan sekali pada tahun pertama.

Hama dan Penyakit
Hama yang sering muncul adalah ulat berbulu yang menyerang daun yang masih muda. Serangga pengisap Helopelthis antonii sering menusuk buah yang masih muda sehingga menyebabkan keluarnya getah kuning pada kulit buah dan bagian dalam buah. Penyakit yang biasa timbul ialah hawar daun atau daun kering kecoklatan yang disebabkan cendawan Pellicularia koleroga dan kanker batang oleh cendawa Zignoela Garcinae yang mengakibatkan batang pohon berbenjol-benjol. Semprotan insektisida Bayrusil 0,2 % dapat mencegah serangan ulat dan serangga pengisap.

Panen dan Hasil Panen
Buah mangga dipetik setelah berwarna merah kehitaman, kira-kira nerumur 120 hari setelah bunga mekar setelah 25 hari sejak munculnya bunga sebesar kelereng. Buah harus dipanen satu persatu dengan memotong tangkainya karena matangnya tidak bersamaan.

Manggis yang telah dipanen harus diangkut hati-hati , tidak boleh jatuh atau berbenturan karena dapat menimbulkan memar dan warna coklat pada buah. Buah dipilih, buah yang kotor atau buah yang berukuran kecil disingkirkan. Buah yang memenuhi standar kelas super beratnya 6-8 buah per kilogram.

Sumber :
http://budidayanews.blogspot.com/2011/04/teknis-budidaya-buah-manggis.html

Rabu, 23 Januari 2013

Cara Ternak Cacing Sutra

Cacing sutera (Tubifex), sering juga disebut cacing rambut atau cacing darah merupakan cacing kecil seukuran rambut berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm, dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Cacing ini hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik.

Cacing ini hidup berkoloni di perairan yang kaya akan bahan organik. Di dalam tubuh cacing sutera terkandung kira-kira 57% protein dan 13% lemak, yang oleh karena itu merupakan pakan yang baik untuk ikan, tidak terkecuali ikan yang dipelihara manusia seperti lele atau ikan hias.

Habitat
Cacing ini hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman 0 – 4 cm.
Nah seperti hewan air laen maka ketersediaan air memegang peranan penting buat kelangsungan hidup cacing ini. Nah langsung aja parameter optimal cacing sutra :
• pH : 5,5 - 8,0
• Suhu : 25 – 28 C
• DO(oksigen terlarut) : 2,5 – 7,0 ppm
• Amoniak : <3 data-blogger-escaped-br="">Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah menjadi dua sebelum menetas.

Bahan organik yang baik untuk digunakan oleh cacing sutra adalah campuran antara kotoran ayam, dedak (bekatul) dan lumpur.

Berikut teknik budidaya cacing sutra:

1. Persiapan Bibit
Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam
Catatan : Sebaiknya bibit cacing di karantina dahulu karena ditakutkan membawa bakteri patogen.

2. Persiapan Media
Media perkembangan dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Tiap tiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm.

3. Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2.

Cara bikin pupuknya :
• Siapkan kotoran ayam, jemur 6 jam.
• Siapkan bakteri EM4 untuk fermentasi kotoran ayam tersebut. Cari di toko pertanian atau toko peternakan atau balai peternakan.
• Aktifin dulu bakterinya. caranya ¼ sendok makan gula pasir + 4ml EM4 + dalam 300ml air trus diemin kurang lebih 2 jam.
• Campur cairan itu ke 10kg tokai yang dah di jemur tadi, aduk hingga rata.
• Trus masukin ke wadah yang ketutup rapet selama 5 hari
Kenapa harus fermentasi? Karena dengan fermetasi maka kandungan N-organik dan C-organik bakal naek sampai 2 kali lipat

4. Fermentasi
Lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.

5. Penebaran Bibit
Selama Proses Budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter / detik

6. Tahapan Kerja Budidaya Cacing Sutra
Cacing sutra atau cacing rambut memang telah sejak lama dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pakan ikan. Harga jual yang relatif tinggi, membuat bisnis cacing sutra cukup banyak dilirik orang.

Namun sayangnya, tidak banyak orang yang memahami teknis pembudidayaan cacing sutra ini.
Berikut tahapan kerja yang harus dilakukan dalam pembudidayaan cacing sutra.
• Lahan uji coba berupa kolam tanah berukuran 8 x 1,5 m dengan kedalaman 30 cm. Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur.
• Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolam dibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.
• Pipa air keluar atau pipa pengeluaran dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik. Pipa pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjang sekitar 15 cm.
• Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan dan benda-benda keras lainnya.
Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.
• Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.
• Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dan tidak terdapat lumpur yang keras.
• Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semua bagian.
• Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudian sebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.
• Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuai panjang pipa pembuangan.
• Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.
• Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.
• Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalam baskom agar gumpalannya buyar.
• Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruh permukaan kolam secara merata.
• Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.

7. Panen
Cacing Bisa dipanen setelah 8-10 hari.

Sumber :
http://budidayanews.blogspot.com/2011/03/cata-ternak-cacing-sutera.html

Senin, 21 Januari 2013

Menanam Tanaman Sambung Nyawa

Tanaman sambung nyawa dalam polybag

Tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens) atau yang biasa disebut ngokilo (bahasa jawa) berasal dari daerah Afrika yang beriklim tropis, dan menyebar ke Srilangka, Sumatera dan Jawa. Tanaman ini tumbuh liar di pekarangan, ladang, semak, selokan dan tempat-tempat lain. Tanaman sambung nyawa dapat tumbuh dengan baik sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Tanaman ini merupakan jenis tanaman perdu.

Sambung nyawa dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah termasuk tanah vulkanik, tanah gambut dan tanah sedimentasi tua, asalkan cukup gembur. Tanaman ini baik ditanam pada musim peralihan antara hujan dan kemarau. Pengadaan bibit tanaman sambung nyawa bisa dilakukan dengan cara membeli bibit jadi maupun dengan pembibitan sendiri.

Pembibitan sendiri dilakukan dengan cara membuat stek batang atau stek pucuk. Pembibitan secara stek bisa dilakukan di dalam polibag maupun lahan terbuka. Pembibitan dalam media polibag umumnya dilakukan dengan menggunakan stek batang yang panjangnya 7 – 15 cm atau minimal memiliki 3 ruas dan daunnya sudah dipotong. Untuk mempercepat pertumbuhan akar, stek batang bisa direndam dalam air kelapa. Bahan media tersebut menggunakan tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1.

Ukuran polibag yang digunakan cukup kecil saja, berdiameter 15 cm atau 20 cm diisi sampai memenuhi 90% ketinggian polibag. Penanaman tidak boleh dilakukan dengan langsung menusukkan stek batang pada tanah, tapi harus dibuat lubang kecil dulu.

Pada saat awal penanaman, sambung nyawa tidak boleh terlalu banyak terkena sinar matahari sampai satu bulan pertama. Penyiraman dapat dilakukan sekali sehari dengan melihat kondisi media, bila tanah kering sebaiknya disiram, bila tanah basah penyiraman tidak perlu dilakukan. Tiga minggu kemudian setelah daun tumbuh 4 – 6 helai, tanaman sudah bisa dipindahkan ke lahan terbuka.

Bila pembibitan dilakukan pada lahan, prinsip yang digunakan sama seperti pembibitan pada polibag menggunakan stek batang dengan panjang 10 – 15 cm dan ditanam dengan membuat lubang tanam terlebih dahulu.

Tanaman sambung nyawa di ladang perkebunan

Penanaman mulanya dilakukan pada lahan yang berukuran lebih kecil dengan jarak kira-kira 8 cm dalam barisan dan 12 cm antar barisan. Kemudian tanaman sambung nyawa yang sudah memiliki 4 – 6 daun sempurna bisa dipindahkan ke lahan yang lebih luas dengan dicongkel tanamannya beserta tanahnya. Selain itu, pemindahan juga bisa dilakukan pada pot maupun polibag yang lebih besar.

Kemudian, penyiraman dan pengairan dilakukan sehari sekali. Penyiraman dilakukan bila tanah dalam keadaan cukup kering. Pemupukan sambung nyawa dilakukan dengan menggunakan pupuk ZA secukupnya. Kenmudian bila ada tanaman pengganggu di sekitarnya, tanaman pengganggu tersebut harus dicabut.

Panen daun sambung nyawa dilakukan ketika tanaman sambung nyawa telah menghasilkan 10 daun. Daun sambung nyawa yang diambil adalah daun yang sudah tua tetapi belum menguning.

Tanaman Sambung Nyawa merupakan tanaman yang sangat mudah digunakan sebagai obat dan sangat mudah dalam hal pembudidayaannya sehingga dapat menjadi penolong bagi masyarakat yang terkena hipertensi yang jauh dari fasilitas kesehatan dan termasuk dalam golongan ekonomi rendah. Dengan tanaman ini, diharapkan kasus hipertensi baik di Indonesia dan dunia dapat dicegah bahkan berkurang, mengingat dampak dari penyakit ini yang sangat berbahaya bagi keberlanjutan hidup manusia. Fungsi tanaman sambung nyawa yang sejauh ini hanya untuk terapi kanker diharapkan juga dapat diteliti lagi untuk menemukan fungsi lain dari tanaman ini, sehingga memperkaya khasanah tanaman herbal terutama yang berada di Indonesia.

Sumber :
http://agromedia.net/essay/tanaman-sambung-nyawa-gynura-procumbens-sebagai-terapi-hipertensi-mudah-dan-murah-awal-baik-untuk-hidup-sehat.html

Selasa, 15 Januari 2013

Pegagan Tumbuhan Nutrisi Bagi Otak Manusia

Pegagan tumbuhan sayur yang memiliki khasiat herbal luar biasa. Sebagai tanaman sayur, daun pegagan memilikivfungsi sebagai obat segala jenis penyakit. Pegagan (Centella Asiatica Urban) adalah sejenis tanaman herbal atau tanaman rempah dengan banyak manfaatnya,” ujar peneliti tanaman obat dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Latifah K Darusman MS.

Pegagan juga diketahui sebagai lalapan untuk nutrisi otak manusia, karena mengandung beberapa komponen bioaktif seperti terpenoid, steroid (triterpenoid), dan bahan-bahan aktif lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan otak pada manusia. Pegagan ini tidak hanya digunakan sebagai tanaman herbal tetapi dapat digunakan sebagai sayuran untuk lalapan atau penambah lauk – pauk. Selain itu daun pegagan dapat dijadikan sebuah minuman berkhasiat yang dapat dikonsumsi sehari – hari jika diolah menjadi teh pegagan.

Tanaman pegagan ini dapat diketahui dengan ciri-ciri, sebagai berikut :
1. Tumbuh pada ketinggian 2.500 mdpl
2. Tumbuh dengan kondisi tanah yang agak lembab, cukup sinar matahari
3. Tumbuh di daerah dataran rendah ataupun dataran tinggi
4. Termasuk dalam kelompok tanaman liar yang mudah tumbuh di sawah, pekarangan rumah, dan padang rumput. Dapat dijadikan sebagai tanaman boga dan obat untuk keluarga.
5. Memiliki rimpang pendek dengan stolon – stolon yang merayap panjang 10 – 80 cm, bertangkai panjang, berbunga tersusun dalam karangan berupa payung, baunya harum
6. Berdaun merah muda atau putih, berbuah kecil berbentuk lonjong, pipih dengan panjang buah 2 – 2,5 cm. Daunnya terasa pahit tetapi dapat digunakan sebagai lalapan obat penguat lambung.

Sumber :
http://pegagan.org/pegagan-tumbuhan-nutrisi-bagi-otak-manusia/

Sabtu, 05 Januari 2013

Budidaya Katak Lembu

Di jagat maya, nama Hendro Setiawan (61) dikenal sebagai peternak katak lembu asal Desa Sumberejo, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri. Namun begitu dilacak ke desanya, nama Hendro ternyata tak dikenal. Maklum saja dia memang dikenal sebagai Yasin, peternak katak lembu yang sukses.

Tak populernya nama Hendro menyulitkan pencarian rumah laki-laki itu. Padahal lokasinya di tepi jalan besar, jurusan Kediri – Blitar lewat RS Baptis. Bangunannya pun cukup besar, mirip ruko dengan pintu warna biru. “Ruko” tersebut memang jarang sekali dibuka, tamu atau pemiliknya biasa keluar masuk lewat pintu samping.

Begitu terus masuk ke belakang rumah, langsung terlihat kolam-kolam berbagai ukuran, lengkap dengan atapnya dan dari kejauhan terdengar katak mengorek (bersuara) nyaring. Ya, kolam-kolam itu adalah kolam pembudidayaan bullfrog, atau yang akrab disebut katak lembu karena suaranya seperti suara lembu.

Amphibi bernama Latin Rana catesbeiana dan diyakini berasal dari Afrika - beberapa sumber mengatakan berasal dari Sungai Mississippi dekat wilayah Kanada - itu sejatinya tak jauh beda dengan kodok ijo yang banyak ditemui di sawah di pedalaman Jawa, namun ukuran tubuhnya lebih besar. Bahkan, ukurannya bisa 2 kali lipat kodok ijo.

Kata Hendro alias Yasin, katak berukuran jumbo tapi tampak gesit di dalam kolam itu jumlahnya mencapai 10 ribuan, sebagian sudah siap dilempar ke pasar dan sebagian lain masih menunggu satu atau dua minggu lagi untuk dipanen. Katak yang siap dipasarkan, kata dia, rata-rata berusia 7-8 bulan.

Katak yang siap dipanen dan dipasarkan, kata pria yang memulai budidaya katak lembu sejak 2002 ini, rata-rata beratnya 2,5 ons atau berisi 4 ekor per kilogram. Harga di tingkat peternak, Rp 20 ribu per kilogram. “Kemudian saya menjual ke sejumlah restoran di Surabaya, satu kilogramnya seharga Rp 25 ribu,” kata Hendro yang juga bertindak sebagai pengepul katak lembu.

Dia lantas mengaku, memasok 14 restoran di Surabaya yang memesan katak satu minggu sekali. Pasokan katak itu bukan hanya dari peternakan Hendro saja tapi tapi juga dari peternak lain. Di Kediri sekarang ada 5 peternak, di Pare 2 peternak, serta beberapa lainnya yang tersebar di Blitar, Tulungagung, dan sekitarnya.

“Mereka ini rata-rata setor hasil panenan ke saya dan kemudian saya yang kirim ke Surabaya. Setiap pekanya kami rata-rata bisa mengirim enam kuintal. Kalau pas hari baik atau hari besar China, permintaan dapat melonjak dua kali lipat,” jelasnya.

Hendro melanjutkan, para peternak ini sudah menjalin kerjasama sejak lama. Awalnya, mereka belajar beternak katak lembu kepada dirinya sampai bisa. Dia pula yang memasok bibit (kecebong atau percil) untuk mereka dan mengepul hasil panenan mereka.

“Kalau panen tidak banyak, mereka merasa rugi kalau harus mengirim sendiri ke Surabaya. Ongkos kirim dan tenaga dinilai tidak nyucuk (malah tidak menghasilkan). Karena itu mereka lebih suka kirim ke saya, jarak tempuh angkutannya dekat, meski harga jualnya terpaut Rp 5 ribu (lebih murah),” tambahnya.

Ceruk pasar katak lembu di Surabaya, imbuh pria yang juga berprofesi sebagai pemborong bangunan ini masih cukup luas. Namun dia dan rekan-rekannya baru bisa melayani rata-rata 6 kuintal per pekan. Penyebabnya, hasil peternakan di Kota Kediri dan sekitarnya masih terbatas. “Untuk Surabaya saja kurang padahal permintaan dari kota-kota lain di luar Surabaya juga cukup banyak.”

Bagi Hendro, beternak katak lembu adalah pekerjaan gampang-gampang susah. Kuncinya, telaten dan sabar. Kalau beternak mulai dari kecebong (anak katak yang masih berekor), panennya 8 bulan kemudian. Tapi, kalau mulainya dari percil (anak katak yang tidak berekor), dalam waktu 7 bulan sudah bisa panen. “Malah, kalau percilnya sudah besar atau usia 2 bulan, bisa panen 6 bulan kemudian,” katanya.

Katak indukan, lanjutnya, sekali bertelur bisa mencapai 10 ribu - 20 ribu butir. Telur yang masih lembut itu kemudian dipindahkan ke kolam tersendiri. Setelah menjadi kecebong dan menjadi percil, dipindah ke kolam lain yang berair dangkal.

Meski usia telur sama namun setelah menjadi percil dan katak, besarnya tidak sama. Katak-katak itu harus dipisahkan, yang besar-besar dikumpulkan dalam satu kolam tersendiri, demikian pula yang kecil-kecil. Itu untuk mencegah kanibalisme, perilaku alami katak lembu.

Hendro mengaku, dia pernah berupaya menularkan ilmu beternak katak lembu ke tetangganya, di Desa Sumberejo. Ada 2 warga yang berminat. Mereka belajar darinya, mulai dari pembuatan kolam, saluran air, memelihara kecebong, percil, hingga katak dewasa. Bahkan masalah pakan dan obat-obatan juga diajarkan.

Semula, usaha katak lembu mereka berjalan lancar. Nah, begitu melihat peluang yang menggiurkan, 2 murid Hendro itu menjadi terburu nafsu. Mereka langsung membuat lahan yang lebih besar dan menanam bibit lebih banyak dengan harapan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih banyak. “Memang wajar, saya juga pernah seperti itu,” katanya.

Namun begitu katak terserang penyakit mata putih (semacam katarak) dan kaki merah, 2 murid Hendro itu pun kelabakan. Apalagi serangan penyakit itu cepat sekali menular bila tidak segera diketahui dan ditangani - dipisahkan antara katak sehat dengan yang sudah terserang penyakit. Akhirnya, ternak katak 2 murid Hendro itu ludes tak tersisa sehingga mereka rugi besar. “Sekarang mereka kapok, tidak berani lagi beternak katak lembu,” ungkap Hendro.

Hendro sendiri pernah tersandung masalah serupa. Pada 2004 dia mengalami puso (gagal panen). Saat itu ternak katak lembunya terserang penyakit hingga ribuan yang mati. Hendro merugi puluhan juta rupiah.

Meski demikian, dia masih sempat menyelamatkan sebagian kecil katak lembu yang sudah siap panen berkat gencarnya pengobatan. Begitu katak-katak dewasa itu sembuh, langsung terjual habis sehingga dia tidak memiliki katak yang siap panen.

Yang dia miliki hanya bibit katak lembu berupa kecebong, jumlahnya mencapai puluhan ribu ekor. Jelas butuh waktu cukup lama untuk bisa panen, paling tidak 8 bulan. Namun, dasar sudah menjadi rezekinya, tiba-tiba kawannya di Pare mengontaknya dan mengatakan butuh percil dalam jumlah banyak untuk memasok Dinas Perikanan Bali yang tengah menggelar program budiadya katak lembu.

Tanpa pikir panjang Hendro menyanggupi permintaan itu. Apalagi harga yang ditawarkan temannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga umum. “Dari percil itu saja saat itu, hasilnya bisa menyamai pendapatan panen raya,” kenang Hendro sambil tertawa.

Dia lantas mengungkapkan, kegagalan beternak katak lembu sering disebabkan karena kurang perhatian akan perliku kanibalisme itu. “Hama” lain yang juga banyak merugikan, imbuh Hendro, adalah kucing. “Satu kucing bisa memakan satu katak per hari, nah, kalau setiap hari kecolongan, hitung sendiri sebulan sudah rugi berapa,” terangnya.

Peristiwa gagal panen itu ternyata membawa hikmah tersendiri. Setelah punya pengalaman memasok bibit, kini Hendro jadi punya penghasilan sampingan dari menjual bibit katak lembu. Sekarang ini, harga seekor kecebong berumur satu bulan, Rp 100/ekor; percil usia 2-3 bulan harganya Rp 1.000/ekor.

Para peternak lain katak lembu yang sudah menjadi langganannya, rata-rata mengambil 1.000-3.000 ekor bibit. “Dari 1.000 ekor kecebong kalau bisa panen 300 ekor saja, sudah untung. Itu sudah dipotong biaya produksi. Apalagi kalau hidup semua,” pungkas Hendro.

Sumber :
http://biotani.blogspot.com/2011/08/budi-daya-katak-lembu.html

Jumat, 04 Januari 2013

Cara Beternak Katak Lembu

Kriteria lokasi cara beternak katak lembu
Ketinggian lokasi yang ideal untuk budidaya kodok yaitu 1600 dpl.
Tanah tidak sangat miring tetapi dan tidak sangat datar, kemiringan ideal 1-5%, artinya didalam jarak 100 m jarak kemiringan pada ujung-ujungnya 1-5 m.
Air yang jernih atau sedikit tercampur lumpur ada selama hidup. air yang jernih akan memperlancar proses penetasan telur.
Kodok dapat hidup di air yang bersuhu 2–35 drajat c. suhu waktu penetasan telur adalah anata 24–27 derajat c, dengan kelembapan 60–65%.
Air mengandung oksigen lebih kurang 5-6 ppm, atau minimum 3 ppm. karbondioksida terlarut tidak kian lebih 25 ppm.
Dekat dengan sumber air dan diusahakan air dapat masuk dan keluar dengan lancar dan bebas dari kekeringan dan kebanjiran.

Persiapan fasilitas dan peralatan kolam.
Di dalam proses pembuatan kolam menurut cara beternak katak lembu, tidak bisa cuma menggali atau menimbun saja tetapi kudu memadukan keduanya hingga akan memperoleh wujud dan konstruksi kolam yang ideal. Buat memasukkan air ke dalam kolam dibutuhkan saluran yang konstruksinya dibikin dari pasangan bata merah atau batako yang diperkuat dengan semen dan pasir. Wujud dari saluran ini umumnya trapesium terbalik dan pada lebih dari satu area pemasukan air ke kolam dibikin kobakan kecil untuk menjebak air supaya gampang masuk kedalam kolam-kolam. Kolam yang dibutuhkan diantaranya : kolam perawatan kodok, kolam penampungan induk sebelum saat dikawinkan, kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam perawatan kecebong, kolam pembesaran percil dan kolam pembesaran kodok remaja. keperluan kolam ini masih ditambah dengan kolam pemeliharaan calon induk.

Kolam perawatan kodok.
Luasnya 15 meter persegi dengan ukuran 3 x 5 m, yang terdiri dari dinding tembok 0, 40 m dan dinding kawat plastik setinggi 1 m, lantainya terbuat dari semen dan bata yang terdiri dari 2/3 bagian kolam terisi air setinggi 10-15 cm dan 1/3 bagian kering.

Kolam pemijahan.
Kolam dibikin dari semen dan diatasnya dinding kawat plastik. Kedalaman air di kolam ini lebih kurang 0, 30–0, 40 m dan ditengahnya dibuatkan daratan. Padat pemeliharaan 15 ekor tiap-tiap meter perseginya, dengan perbandingan tiga betina dan satu jantan. Agar lebih nyaman, baiknya lantai daratan sedang tidak berlumpur, dan kolam ditanami enceng gondok. Siapkan makanan berbentuk ikan kecil, ketam dan bekicot waktu kawin ditandai dengan nada merdu. tidak lama lantas, telur mereka mengambang di air kolam dan selekasnya dipindahkan ke kolam penetasan.

Kolam penetasan.
Kolam penetasan dibikin lebih dari satu buah, dari tembok dengan air sedalam 30 cm dan air mengalir atau diberi aerasi yang luas. luas kolam semuanya 10 m².

Kolam kecebong.
Terdiri dari lebih dari satu kolam yang masing-masing luasnya berkisar anta 5 m² – 6 m², dengan basic lantai terbuat dari semen.

Kolam kodok muda
Di kolam ini kodok yang dipelihara berusia kurang dari 2 bln.. dibikin lebih dari satu buah dengan masing-masing luasnya 15 m², dengan dinding tembok dan kawat. Lantai miring dengan tempat air 1/3 bagian dengan kedalaman 15–35 cm.

Kolam kodok dewasa.
Pada kolam ini kodok telah berumur pada 2–6 bln.. kolam yang dibutuhkan terdiri dari 2, dengan masing masing luas kira–kira 20 m², dengan konstruksi basic dan dindng tembok dan kawat. Kedalaman air yang dibutuhkan pada 30–40 cm.

Menyiapkan kolam produksi

Sistem pemijahan dengan alami.
Induk jantan dan betina yang sudah dipisah sepanjang 1-2 hari dikumpulkan di kolam pemijahan. Ikan liar bisa mengganggu hasil pemijahan. Lihat supaya telur kodok tidak turut terbuang air pembuangan. Di sore atau pagi hari pada waktu suhu mulai menurun, barulah kita butuh menolong kelancaran proses pemijahan, yakni membuat hujan buatan.

Sistem hipofisasi.
Langkah mutakhir buat memijahkan kodok yaitu dengan langkah sistem kawin suntik memakai ekstrak kelenjar hipofisa untuk merangsang kodok supaya kawin cocok waktu yang kita kehendaki. Dengan sistem ini kita dapat mengintensifkan pembenihan, kurangi kematian, merawat telur-telur kodok yang sudah dibuahi didalam area tersendiri, berikan jaminan bahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma semuanya dan tidak membutuhkan hujan buatan. Penyuntikan pada tubuh betina lazimnya pada punggung, rongga perut dan bagian kepala. Langkah penyuntikan pada rongga perut banyak dipilih.

Reproduksi dan perkawinan.
Kodok yang akan disuntik ditampung pada akuarium yang diberi sedikit air dan ditutup dengan kawat kasa buat memudahkan penangkapan. Kodok-kodok tersebut sudah cukup umur dan didalam kondisi masak telur. Waktu penyuntikan kodok dibalut dengan kain hapa supaya tidak meronta.

Kodok yang sudah disuntik lantas terlepas didalam akuarium lain dan dipantau tiap-tiap jam. sesudah 12 jam, kodok tadi disuntik kembali supaya mereka dapat bertelur semuanya. Sesudah yang betina 2 kali disuntik dan tunjukkan akan bertelur, jadi kita menyiapkan testis dari induk jantan. Sperma dikeluarkan dari testis dengan langkah memotongnya dengan jarum kecil yang tajam dan dimasukkan ke cawan petri yang telah berisi air kolam yang bersih. Sesudah air didalam cawan jadi keruh dan testis telah kosong, jadi cairan testis dibiarkan sepanjang 10 menit didalam suhu ruangan. Bila sperma aktif (dapat kita tengok di bawah mikroskop), jadi kodok betina bertelur diurut perutnya supaya telurnya keluar. Telur diusahakan jatuh diatas cairan sperma, lantas digoyang-goyangkan dan biarlah sepanjang lebih dari satu menit. Telur yang alami pembuahan akan alami rotasi.

Telur lantas ditetaskan dan airnya diganti tiap-tiap hari dengan melindungi suhu pada kisaran 24-27 derajat c dan ph air juga diamati. Pada sistem dengan alamiah, dipakai hujan buatan untuk merangsang proses perkawinan kodok, sebagaimana diterangkan di atas.

Pemeliharaan.
Pemeliharaan dikerjakan pada tiap-tiap step perkembangan kodok, perkembangan dan kesehatan kodok terrgantung pada makanan dan kecocokan area tinggalnya. Kodok diberi makan 1 kali 1 hari, air di kolam diganti dan dibersihkan seminggu sekali.

Sanitasi dan tindakan preventif
Telur yang telah dibuahi, dipindahkan pada kolam penetasan. Kolam dibersihkan dari hama dan kotoran sebelum saat dipakai. Telur kudu dipisahkan dari induknya hingga telur tidak terganggu proses penetasannya dan tidak dimakan oleh induknya. Memindahkan telur jangan sempat pecah sarangnya atau lendirnya. Telur-telur akan menetas sesudah 48–72 jam pada suhu air 24–27 derajat c. Apabila telah menetas dipelihara pada kolam yang sama sepanjang 10 hari.

Perawatan ternak.
Kodok muda yang sudah alami metamorphose diletakkan pada kolam permanen. Pemasukan dan pengeluaran air kudu diberi penyaring buat menghindari hama dan menghindar kodok lepas ke peraiaran umum. Padat penebaran 50-100 ekor/m². Apabila kita memelihara type kodok banteng yang tidak senang makanan yang tidak bergerak, makanan kudu ditempatkan di bawah aliran air/pancuran. Sesudah berusia 3 bln., kodok diseleksi menurut kaki belakang, kulit dan ukuran badannya. jumlah yang di seleksi 20% dari total dan dipindahkan ke kolam calon induk, namun sisanya terus dipelihara sampai waktu panen pada umur 4-5 bln.. kodok dewasa (masak gonada) untuk bibit unggul, baik jantan ataupun betina di suntik dengan kelenjar hiphopisa kodok sejumlah 1 dosis. Penyuntikan dikerjakan 1 bln. sekali (apabila menggunakan sistem hiphopisa) dan padat tanam sejumlah 20-25 ekor/m².

Pemberian pakan.
Ada beragam macam makanan yang bisa diberikan untuk kodok di kolam pembesaran persil ataupun di kolam pembesaran kodok remaja. Makanan percil sampai kodok dewasa berbentuk cincangan daging bekicot, cincangan daging ikan, ulat, belatung, serangga, mie, bakso dan beragam benih ikan dan ketam-ketaman kecil dan yang lain. Dapat juga diberikan makanan buatan, dengan meramu makanan buatan kita dapat menyusun cocok dengan tingkat umur kodok, yang kadang-kadang sukar dikerjakan seandainya kita memberinya makanan yang segera didapat dari alam. Karena jadi masalah yang kerap dialami layaknya ukuran makanan semakin besar dari lebar bukaan mulut kodok tak perlu terjadi lagi.

Hama dan penyakit.

Penyakit, hama dan penyebabnya
Penyakit kodok biasanya dikarenakan oleh serangan jamur dan bakteri. Paha kaki berwarna merah, luka dan kulit melepuh yaitu penyakit yang menyerang kodok yang berusia 1-2 bln., menular dan menyerang sistem saraf, hingga akan mati didalam lebih dari satu jam.

Pencegahan serangan penyakit dan hama
Bakteri dapat menyerang kecebong, gejalanya ekor luka dan berwarna putih. Penanggulangannya memisahkan kecebong yang diserang, kolam dibersihkan dengan pk, dosis 0, 05 gram/ liter 15 hari sekali, janganlah berikan makanan yang kandungan proteinnya melebihi dosis 10–15% lantaran perut kodok akan jadi kembung. Penyembuhan dengan antibiotika streptomisin/tetrasiklin, obat luar dengan pemakaian betadine, atau direndam didalam nacl 0, 15 gram/liter air sepanjang 30 menit, diulang sampai 4 kali.

Pemberian vaksinasi dan obat
Penyembuhan kaki merah dan bisul pada kodok, memandikan kodok didalam larutan nifurene 50–100 gram/m² air, atau dengan suntikan teramisin 25 mg/kg, atau streptomycin 20 mg/kg berat kodok. Penyakit dubur keluar diobati dengan langkah pisahkan dan istirahatkan 2–3 hari dan tidak diberi makan. Penyakit yang lain yaitu dubur keluar (ambaien) pada percil (kodok muda). Buat mengatasinya, populasi tidak bisa sangat padat dan kolam kudu bersih dan pemberian kandungan kalori didalam makanan tidak bisa melebihi dosis 3400 cl/kg makanan.

Panen.

Hasil utama
Hasil utama yang dihasilkan yaitu dagingnya.

Hasil tambahan
Namun hasil tambahan yang bisa diperoleh yaitu mengolah limbah hasil pemotongan untuk jadikan silase ; dengan penambahan propionat dan asam formiat dengan jalur digiling berbarengan sama jadi makanan untuk ternak ini tahan sampai 2 bln. Pada suhu masih. Hasil sampingan yang lain yaitu dengan jadikan tepung, di mana kandungan mineral dan proteinnya masih cukup tinggi untuk jadikan bahan tambahan pakan ternak. kodok yang tidak dijual/afkir bisa diambil hiphofisanya untuk proses pemijahan selanjutnya.

Penangkapan
Sebelum saat disiangi, umumnya kodok-kodok tersebut diletakkan pada penampungan. area penampungan kodok dapat berbentuk kotak kayu atau bak semen yang drainasenya lancar.

Pascapanen
Proses penanganan pasca panen juga amatlah gampang. Untuk melindungi supaya kodok terus hidup dan segar, jadi kita dapat memakai karung goni atau tas kain yang dibasahi. Pengangkutan sangat aman dikerjakan pada pagi hari atau sore hari. Seandainya pengangkutan dikerjakan untuk jarak jauh jadi butuh dibuatkan kotak kayu yang didesain dengan spesial, dan kapasitasnya sesuai dengan besarnya kotak kayu tersebut.

Sumber :
http://beternak.net/cara-beternak-katak-lembu

Kamis, 03 Januari 2013

Menangguk Untung dari Budidaya Katak Lembu

Hujan buatan tampak mengguyur kawanan katak di dalam kolam-kolam berukuran 5 x 5 meter. Asal tahu saja, katak-katak tersebut bukanlah katak biasa. Kumpulan katak yang jumlahnya mencapai 30-an ekor tersebut lebih dikenal dengan katak lembu atau bullfrog. Katak jenis ini merupakan salah satu komoditi ekspor andalan. Jika pintar mengelolanya, seorang pengusaha katak bisa mendapatkan untung yang sangat lumayan.

Nah, Kurniawan yang merupakan salah satu pembudidaya katak lembu sudah membuktikan hal ini. Pegawai dinas pekerjaan umum Sragen ini sudah lima tahun nyambi sebagai pembudidaya bullfrog. Kurniawan melihat peluang budidaya bullfrog sangat baik karena termasuk komoditas yang masih jarang dengan pangsa pasar tertentu.

Meski demikian, untuk terjun ke dalam bisnis ini memang membutuhkan ketelatenan khusus. Kurniawan sendiri membudidayakan bullfrog di dalam 40 kolam. Dari kolam tersebut, rata-rata setiap bulannya Kurniawan mampu menjual sampai 1,5 kuintal bullfrog yang harganya saat ini mencapai Rp 44.000 rupiah perkilo. "Kalau musim kemarau seperti sekarang, harganya cukup mahal. Tapi harga stabilnya antara Rp 32.000 - 35.000 rupiah,” jelas Kurniawan.

Menurut Kurniawan, pasar bullfrog saat ini masih terbuka lebar. “Saya cukup kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar yang besar," jelasnya. Itu sebabnya, selain menjual produksi sendiri, ia juga menjadi pengepul dari daerah sekitarnya yang merupakan para pembudidaya skala kecil. Biasanya, para pengepul datang langsung dari Surabaya, Semarang dan Jakarta. Dengan demikian, dalam sebulan Kurniawan bisa menjual 2- 5 kuintal bullfrog.

Kurniawan sendiri pernah menjajal pangsa luar negeri. Akan tetapi ia merasa kesulitan untuk memenuhi kontinuitas produksi. Ia mengakui, harga untuk ekspor lebih mahal dengan kisaran 150 % - 200 % dari harga dalam negeri. "Dulu, dalam sehari, saya harus memenuhi 50 kg bullfrog. Itupun harus ukuran 1-1,5 kilo. Tapi saya keteteran, " katanya.

Sayang, Kurniawan tidak bisa memastikan berapa pengeluarannya untuk operasional. Yang pasti, pakan untuk bullfrog tidak terlalu mahal. " Bullfrog jenis bludru kami beri makan cacing sutera atau kutu air. Sedangkan precil biasanya diberi dedak, lalu yang besar kami beri konsentrat, jangkrik hidup atau belalang," paparnya.

Selain kurniawan, di kawasan Tangerang pun ada seorang lagi pembudidaya katak lembu bernama Anho. Anho bilang, katak lembu yang ia budidaya ditujukan khusus untuk memenuhi pasar Jakarta dan sekitarnya. Diprediksi, bulan November nanti Anho, akan memanen kurang lebih 1000 ekor katak lembu. Menurut Anho, biaya operasional pemeliharaan katak lembu paling banyak digunakan untuk pakan. "Saya memberi pakan lele, sebulan mungkin sekitar 1000 ekor atau 30 kilogram, " kata Anho.

Sumber :
http://industri.kontan.co.id/news/menangguk-untung-dari-budidaya-katak-lembu

Rabu, 02 Januari 2013

Teknik Budidaya Kodok Lembu

Kandang Pemeliharaan

Kandang pemeliharaan untuk budidaya kodok lembu harus memiliki karakter dapat melindungi kodok lembu dari sinar matahari (ada atap) dan mampu mengalirkan air secara kontinyu dan membuang limbah budidaya secara sempurna.

Kontruksi kandang pemeliharaan pada umumnya adalah sebagai berikut.
1. Bentuknya persegi panjang (2m x 3m x 1m).
2. Jumlahnya tergantung kepada skala usahanya.
3. Kandang pemeliharaan terdiri dari beberapa bagian yaitu bak, pagar, dan atap.
4. Bagian bak dibuat dari tembok setinggi 10 – 30 cm dan dilengkapi dengan lantai yang licin agar kodok lembu tidak mudah lecet, untuk itu lantai harus di plester dan dibuat landai ke arah saluran lubang pengeluaran.
5. Pemasukan air melalui keran atau dengan paralon yang sudah dilubangi melewati kandang dengan diamater 4 – 6 mm atau lebih besar dari batang korek api. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengatur debit air yang masuk kedalam kandang. Keran-keran tersebut dihubungkan langsung ke bak penampungan air dengan paralon ukuran 3/4 inchi.
6. Bagian pembuangan air dibuat didasar kandang dan langsung dihubungkan dengan saluran pembuangan.
7. Tepi kandang diberi pagar (dari belahan bambu setinggi 70 – 90 cm) dan bagian atas ditutup dengan atap dari rumbia yang murah dan tidak menimbulkan fluktuasi suhu terlalu besar.
8. Lantai tempat ini diisi dengan air yang tingginya disesuaikan dengan besarnya kodok lembu yang dipelihara (2 – 4 cm).

Kesesuaian Lokasi
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam budidaya kodok lembu harus dilakukan pemilihan lokasi yang baik. Lokasi yang baik tersebut harus memenuhi SBR (Standar Biological Requirement) sehingga sesuai dengan sifat biologisnya. Selain syarat biologis juga harus memenuhi pertimbangan ekonomis dan sosial.

Secara teknis, lokasi budidaya kodok lembu harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut.
1. Dekat dengan sumber air, tetapi bukan merupakan daerah banjir dan bisa mengalirkan air dengan system gravitasi, sehingga menghemat biaya pompa.
2. Kualitas airnya baik secara berkesinambungan dan tidak tercemar oleh limbah industri dan logam berat.
3. Jauh dari keramaian dan suasana ribut.
4. Lebih bagus pada tempat yang teduh (terlindung oleh sinar matahari)

Parameter-parameter Kualitas Air yang Harus Diperhatikan dalam Budidaya Kodok Lembu (Boyd, 1982)
1. Suhu air 23,0 – 27,0 (oC)
2. PH 7 – 8
3. Oksigen 2 – 4 (ppm)
4. CO2 2,6 – 5,6
5. NH3 0,4 – 3,34 (mg/l)
6. Alkalinitas 50 – 500 (mg/l)

Selain persyaratan diatas, kualitas air juga harus memenuhi persyaratan lain, diantaranya adalah warna air, kekeruhan, dan sifat biologi. Warna air yang baik untuk pemeliharaan berudu adalah hijau cerah (banyak mengandung plankton akan tetapi cahaya masih bisa masuk kedalam perairan), sedangkan untuk kegiatan seperti pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan percil, dan pembesaran percil memerlukan perairan yang bersih. Kekeruhan yang yang disebabkan oleh partikel terkoloid dan tersuspensi dapat diukur dengan sechi disk,. Kekeruhan yang baik untuk kodok lembu adalah berkisar antara 20 – 40 cm, kecuali pemijahan dan penetasan air harus jernih (> 60 cm).

1. Air mengalir kontinu sepanjang tahun.
2. Jenis tanahnya baik dan tidak poros. Jenis tanah yang baik yaitu tanah terapan dengan kandungan liat 30 persen dan jenis tanah liat atau lempung berpasir dengan perbandingan 3 : 2, karena tanah ini mampu menahan bangunan dan massa air dalam jumlah besar.
3. Topografi tanah harus cocok untuk budidaya kodok lembu. Topografi yang cocok ada dua macam, yaitu lembah yang dasarnya mendatar di salah satu lerengnya dan lembah yang dasarnya mendatar di kedua lerengnya dengan kemiringan 1-3 persen. Lembah tersebut dilengkapi dengan sumber air di tengahnya, sehingga mudah dibuat kolam dan kandang dengan perairan secara peralel. Ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya kodok lembu adalah 400 – 800 m dari permukaan laut.
4. Luas lahan yang tersedia harus sesuai dengan skala usaha.
5. Secara sosial lokasi budidaya kodok lembu harus memenuhi kriteria seperti berikut ini.
-- Dapat menjaga kelestarian lingkungan.
-- Menggunakan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya.
-- Dapat menciptakan lapangan kerja atau memakai tenaga kerja setempat.
-- Keamanan terjamin.
6. Di lain pihak secara ekonomis lokasi budidaya kodok lembu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
-- Dekat dengan daerah pemasaran atau pusat informasi pasar.
-- Tersedia prasarana jalan yang baik dan sarana angkutan yang memadai sehingga akan memudahkan dalam mengangkut sarana produksi dan hasil produksi.
-- Sarana produksi mudah didapat.
-- Sarana perhubungan seperti telpon dan lainnya tersedia dengan baik dan lancar.

Standar Proses Produksi

Untuk mencapai sasaran produksi yang direncanakan dalam satu siklus produksi yang dijalankan adalah atas dasar satuan perencanaan yang mengikuti pola sebagai berikut.

1. Persiapan kandang pemeliharaan (dua sampai lima hari).
2. Masa budidaya kodok lembu 120-150 hari.
3. Pergantian air dilakukan setiap hari dan kontinu (mengalir) melalui keran atau paralon yang sudah dilubangi.
4. Kebutuhan pakan harian adalah 2 – 4 persen bobot biomasa/hari dan komposisi perbandingan antara pakan alami dan buatan disesuaikan dengan umur pemeliharaan kodok lembu.
5. Dilakukan penyortiran (grading) dalam kurun waktu tertentu untuk menghindari terjadinya akibat dari perbedaan ukuran kanibalisme antar kodok lembu itu sendiri.
6. Kebutuhan pompa (jet pump) untuk memompa air diwaktu kekeringan.
7. Sasaran produksi yang dikaitkan dengan tingkat kelangsungan hidup kodok lembu, ukuran udang dan konversi pakan.

Tingkat kelangsungan hidup kodok lembu dengan pemeliharaan yang baik adalah berkisar antara 60- 70 persen, dengan konversi pakan sekitar dua. Dan target produksi adalah kodok lembu berukuran 200-250 g.

Sumber :
http://binaukm.com/2010/06/teknik-budidaya-kodok-lembu/

Peluang Usaha Budidaya Kodok / Katak Lembu

Salah satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan adalah kodok. Paha kodok merupakan sumber bahan pangan yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan rasa yang enak, sehingga tak mengherankan jika permintaan kodok untuk konsumsi baik dalam negeri maupun luar negeri setiap tahunnya terus meningkat, sedangkan pasokannya terus menurun. Penurunan ekspor kodok tersebut terjadi karena berkurangnya stok kodok dari alam.

Pada tahun 1974-1978 Indonesia pernah menjadi pengekspor kodok ketiga terbesar setelah India dan Bangladesh, bahkan pada tahun 1979 menjadi pemasok kodok kedua terbesar ke negara-negara Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yaitu sebesar 34 persen dari total impor negara-negara tersebut, sedikit dibawah India (38 persen) (Anonimous, 1990). Pada saat itu kodok yang diekspor merupakan hasil penangkapan dari alam, seperti sawah, danau, sungai, dan perairan lainnya. Tahun 1985 India melarang penangkapan kodok dari alam karena dapat merusak keseimbangan lingkungan demikian juga Bangladesh dan Indonesia. Menghadapi masalah tersebut, maka mulai berkembanglah usaha budidaya kodok, terutama kodok asli perairan Indonesia. Namun usaha-usaha itu tidak berhasil karena kodok-kodok tersebut sulit beradaptasi dengan lingkungan budidaya.

Pada tahun 1980 Indonesia mendatangkan jenis kodok asal Amerika Utara dari Taiwan yang disebut bullfrog. Kodok tersebut diberi nama kodok lembu di Indonesia karena suaranya yang seperti lembu. Kodok lembu (Rana catesbeiana) ternyata memiliki berbagai kelebihan jika dibandingkan beberapa kodok asli Indonesia. Kelebihan tersebut diantaranya mudah beradaptasi dengan lingkungan budidaya, ukurannya lebih besar, pertumbuhannya lebih cepat (dapat mencapai bobot 500-600 gram), tidak tergantung pada pakan alami atau dapt diberi pakan, dan kandungan gizinya lebih tinggi jika dibandingkan dengan kodok-kodok lain.

Kodok lembu memiliki kandungan protein sebesar 19,76 persen, lemak 0,63 persen, air 75,63 persen, dan abu 2,36 persen. Sementara jenis kodok konsumsi lainnya yang diekspor mengandung protein 15,23 persen, lemak 0,59 persen, air 80,59 persen, dan abu 3,38 persen (Anonimous, 1990). Kelebihan-kelebihan tersebut sangat memungkinkan kodok lembu dibudidayakan di Indonesia. Sejak saat itu, dimulailah budidaya kodok lembu yang dimulai dengan ujicoba yang dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Ujicoba tersebut dinilai cukup berhasil dan kemudian disebar luaskan ke daerah-daerah lain di tanah air.

Namun, jumlah masyarakat yang membudidayakannya masih sedikit dan teknologinya masih belum banyak dikuasai sehingga belum mampu meningkatkan produksi kodok untuk menggantikan kodok dari hasil tangkapan. Dengan demikian budidaya kodok lembu ini masih cukup potensial untuk berkembang. Berkembangnya budidaya kodok lembu ini diharapkan bisa meningkatkan produksi dalam negeri, menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan aktivitas usaha.

Sumber :
http://binaukm.com/2010/04/peluang-usaha-budidaya-kodok-katak-lembu/