"Seorang peternak mampu mengirimkan tikus putih ke Kalimantan dan Sumatera rata-rata 500 ekor per bulan," ungkap Anang.
Memang ada kendala, yaitu konsumen umumnya menghendaki tikus hidup di ruang dengan suhu yang dapat diatur atau menggunakan AC. Sementara saat ini peternak di Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati ini tidak mengunakan AC dengan asumsi daerahnya sudah sejuk. Ini yang sedang dipertimbangkan para peetrnak.
"Budidaya tikus putih ini menjanjikan karena sangat cepat berkembangbiaknya. Dalam waktu tiga bulan, satu tikus mampu beranak hingga 15 ekor. Induk siap kawin berumur 70 hari. Model pembiakan, dalam satu wadah diisi satu pejantan dan empat induk betina. Bayi lahir setelah tiga minggu dalam kandungan. Seusai menyusui, induk bisa dikawinkan lagi," papar Anang seperti dilansir ANTARA.
Tambahnya budidaya tikus putih ini akan terus dikembangkan seiring dengan Kelurahan Nongkosawit dijadikan sebagai Desa Wisata. Masyarakat Kelurahan Nongkosawit menghendaki pada 9 September 2013 sudah dapat menerima kunjungan wisatawan dengan sejumlah potensi yang dimiliki daerah setempat mulai dari adanya perkebunan durian, rambutan, dan buah naga., disusul hasil peternakan seperti sapi, kambing, ayam, dan tikus putih.
Memelihara tikus putih ternyata sangat mudah. Tikus memakan apapun, termasuk sisa makanan manusia sehari-hari dan yang lebih penting adalah mudah merawatannya Harga seekor tikus putih berkisar Rp 2500-6000 per ekor bergantung kualitasnya. Namun untuk pemesanan ada batas minimalnya seperti 50 ekor ke atas. Selain untuk kepentingan penelitian tikus putih juga diminati pehobi reptil dan binatang karnivora lainnya. Sedangkan tepung daging tikus juga banyak dibutuhkan sebagai campuran membuat pakan ternak untuk menambah protein.
Sumber :
http://www.carikabar.com/regional/183-jawa-tengah/1025-semarang-kembangkan-budidaya-tikus-putih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar